Sunday, January 26, 2020

Menghadapi Musim Dingin


chilling
Sebagai anak tropis, menjalani musim dingin adalah hal yang sangat menantang. Bukan hanya karena temperature yang rendah tapi juga mood-nya. Matahari terbit lebih lambat dan terbenam lebih cepat saat musim dingin. Itu artinya waktu siang hari lebih singkat daripada malam hari. Itu pun kalau ada matahari. Tak jarang awan-awan menggantung menutupi sinar matahari. Sementara curah hujan tidak terlalu besar, namun saat hujan turun, dinginnya bisa membuat air yang turun menjadi butiran es kecil. Hal-hal demikian membuat saya yang besar dan tumbuh dengan curah sinar matahari dan hujan tinggi di negeri tropis menjadi tantangan.

Maka tak heran, kebanyakan waktu musim dingin saya habiskan di dalam ruangan: leyeh-leyeh di bawah selimut, membaca buku, makan, tidur, makan lagi. Semua saya lakukan semata untuk menjaga temperature tubuh tetap hangat dan nyaman. Tapi ternyata tidak pada mood, meski berulang kali makan dan memutar lagu bagus. Rupa-rupanya saya tetap butuh udara luar. 

Hal menantang lain adalah mengenakan baju yang hangat dan tetap gaya saat musim dingin. Coat dan sepatu boot penahan dingin memang sudah ada di dalam benak, tapi apa daya, lapisan baju hangat dan jaket malah membuat saya tampak seperti buntelan kain. Tetap gaya saat musim dingin kini tinggal khayalan.

Namun, hal-hal yang menarik pun juga saya alami selama musim dingin. Seperti sunset terjingga sepanjang musim adalah musim dingin. Bahkan penampakan Gunung Fuji paling jelas dan jernih adalah juga saat musim dingin. Saat musim dingin, kelembaban udara rendah yang artinya uap air dalam udara jumlahnya sedikit sehingga memungkinkan spektrum cahaya yang sampai ke bumi lebih baik dan banyak. Ditambah lagi posisi matahari pada sudut tertentu pada saat musim dingin.

Kelembaban rendah ini kadang menyiksa kulit dan tenggorokan, tapi justru membuat saya lebih care pada kulit dan konsumsi air supaya tetap terhidrasi. Yang paling menarik dari kelembaban udara yang rendah ini adalah saya tak pernah bingung mengeringkan baju yang cukup digantung saja seharian atau kerupuk yang tetap crispy meski lupa menutup toples.

Ternyata musim dingin enggak melulu gloomy asal bisa mengatur pola hidup yang sehat, segar dan bugar. Makan dan istirahat cukup sambil sesekali menikmati udara dingin luar dan berharap salju turun di Yokohama. Setelah melewati empat musim ini, saya menyadari musim yang paling saya rindukan adalah musim mangga dan musim durian. 

2020

0 comments:

About This Blog

There are what I do, see, feel, think, and dream. Enjoy it!

wishlist

Kerja di Jepang, Belanda/Paris/Italy; sepeda ontel yang keren; punya buku sendiri.
free counters

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
@nikenkd / process engineer / interested in process technology and nanotechnology / book addict / loves tea / likes shoots

  © Free Blogger Templates 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP