Minyak, Riwayatmu Kini
Tahun 2016 ini dibuka dengan kabar penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diumumkan resmi oleh Menteri ESDM, Sudirman Said. Sebagai pelaku di dunia minyak dan gas, saya tak banyak berkomentar karena penentuan harga BBM ini dipengaruhi oleh berbagai aspek: politik, ekonomi, sosial bukan hanya suatu negara melainkan dunia. Shale Oil dari Amerika dengan biaya produksi yang rendah mampu menghasilkan banyak minyak, sementara itu Arab Saudi, negara pengahasil minyak no. 1 dunia masih saja terus-terusan memproduksi minyak. Entah apa yang ada di balik alasan negara-negara besar dunia tersebut untuk terus memproduksi minyak meski kebutuhannya tetap.Maka, produksi minyak di dunia ini saat ini melimpah dan menyebabkan harga minyak dunia rendah.
Dampak paling terasa bagi kita sebagai rakyat biasa adalah turunnya harga bensin dan solar. Meski, kita belum tahu akankah harga kebutuhan pokok ikut turun karena turunnya harga BBM. Hal lain yang kita rasakan (terutama saya) dampaknya adalah berkurangnya jumlah proyek yang dijalankan. Sebagai pekerja kontraktor, hal ini berarti berkurangnya pendapatan. Situasi demikian tak cuma dialami oleh dunia usaha kontraktor minyak dan gas, tapi beberapa industri lain atau usaha komoditas lain pun terkena dampaknya.
Maka tantangan tahun 2016 sudah di depan mata. Kalau minyak kini tak lagi menjadi favorit seperti dulu dan dunia terus berubah, kita sudah selayaknya ikut bergerak berubah. Untuk mengurangi kegagapan atas perubahan itu, kita harus terbuka pada segala pandangan dan kemungkinan. Masih ada komoditas lain yang menunggu mendapatkan tempat usahanya, asal kita berani untuk bergerak.
2016
0 comments:
Post a Comment