Wednesday, July 15, 2015

Dari Surya Kencana Sampai Setra Kencana

Sebagai bagian dari orang-orang Jakarta mainstream dengan keseharian, pagi ke kantor lalu sorenya pulang ke rumah dan esoknya demikian juga, akhir pekan adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Saya tak harus bangun pagi-pagi dan bergegas ke kantor dan tak perlu berpikir mau masak atau makan apa. Akhir pekan ini menjadi istimewa karena saya punya teman masak, nonton, baca, ngobrol dan jalan. Maka, masakan weekend kali ini pun agak berbeda, malamnya bikin spaghetti, dan keesokan harinya bikin sayur asam, bakwan jagung dan ikan asin. Dan makan pun menjadi lebih nikmat dari biasanya. Ditambah obrolan ringan seputar fenomena gojek dan masyarakat urban.

Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, kami menuju Bogor untuk berrekreasi. Semenjak KRL di Jakarta dan daerah di sekitarnya makin rapi, KRL menjadi pilihan utama transpotasi bagi kebanyakan penduduk Jakarta dan sekitarnya untuk ke kantor, belanja dan berekreasi. Demikian juga kami mencapai Bogor dengan KRL. Ternyata Bogor tak jauh berbeda dengan Jakarta, sesampai di Stasiun Bogor, kemacetan lalu lintas sudah menyambut kami. Jauh dari kesan Bogor yang adem, yang terkenal dengan sebutan kota hujan.

Selanjutnya dengan menggunakan mikrolet, angkutan kota berupa mobil kecil berwarna sebagain besar hijau dengan nomor-nomor tertentu, kami menuju Kebun Raya Bogor. Sebelum memasuki wilayah konservasi tumbuh-tumbuhan itu, kami menyusuri Jalan Surya Kencana untuk mencari makan siang. Di tengah siang yang terik, jalanan penuh dengan kendaraan bermotor. Sebagian terparkir di pinggir pasar, sebagian lagi mengantri di tengah kemacetan. Jalan Surya Kencana di Bogor terkenal dengan kulinernya, jajanan Bogor dan berbagai makan berat lain. Tapi melihat padatnya suasana siang itu, kami takberburu makanan enak. Asal dapat makanan dan jajanan, lalu bergegas ke kebun raya.

Salah satu pintu masuk kebun raya terletak di ujung Jalan Surya Kencana. Dengan tiket masuk seharga 15000, kami menikmati sejuknya di tengah pohon-pohon besar dan tinggi menjulang. Beberapa pohon tampak takterawat, sebagian dahan-dahan pohon tertutup lumut dan tumbuhan liar dan daun-daun yang gugur tak dibereskan dengan rapi dan bersih. Dari jarak tertentu, kita bisa melihat istana kepresidenan dengan rusa-rusa di halaman depannya. Kami duduk di salah satu bangku yang disediakan. Sambil menikmati sejuk segarnya udara, kami membaca dan berdiskusi, sampai saya tertidur. Saya kira, tak ada tempat lebih teduh tertidur di pangkuannya di bawah rindangnya pohon-pohon kebun raya.

Sebagai makan santai sore itu, kami bergegas ke Pia Apple Pie di dekat Taman Kencana. Meski jauh dari gambaran kami, kami tetap santai menikmati apple pie dengan bandrek apel dan kunyit asam. Setelah cukup kenyang, kami menutup jalan-jalan hari itu dengan mengikuti misa di Katedral Bogor. Dengan arsitektur Eropa, Katedral Bogor menjadi tempat yang khas. Selain itu, ada reliqi dan tiang yang jumlahnya mencerminkan para rasul. Rasanya rekreasi hari itu menjadi perjalanan spiritual religius. Lalu kami bergegas pulang.

Keesokan harinya, perjalanan menggunakan KRL dimulai lagi. Berbaur dengan ibu-ibu, mbak-mbak dan beberapa keluarga yang tampaknya akan berbelanja di Tanah Abang, kami menuju stasiun perpisahan. Jangan ditanya rasanya. Singkat cerita, saya kembali ber-KRL tanpanya, berdesakan dengan ibu-ibu yang menenteng belanjaan dari Pasar Tanah Abang. Kali ini tujuan saya adalan Setra Kencana. Sebuah perumahan di daerah Serpong. Beberapa teman sudah berkumpul dan mereka menunggu kedatangan saya.

Sesampainya di salah satu rumah di Jalan Setra Kencana, saya langsung melahap makan siang yang tersedia sambil bertukar kabar dengan teman-teman. Selanjutnya diskusi kecil dimulai. Ada 12 orang asik bertukar pikiran, rasa, pengetahuan. Kali ini bahasan diawali dari film PK yang berhasil menyita perhatian kami. Mengangkat isu berat namun disajikan secara menarik dan menghibur, film PK berhasil membuat penontonnya berrefleksi tentang imannya. Menurut salah satu teman senior, pertanyaan-pertanyaan teologi atheisme berhasil dibungkus dengan kemasan yang baik. Apresiasi sebesar-besarnya  disampaikan bagi orang-orang yang bekerja membuat film tersebut.

Tak cuma itu, diskusi berlanjut dengan topik-topik menarik soal iman, agama, media, jurnalisme, dan lain sebagainya. Kepala saya rasanya penuh dengan berbagai hal. Sesekali mencerna dan ikut berkomentar. Bukan membingungkan, melainkan mencerahkan. Selanjutnya saya sendiri yang harus mengolah seluruh informasi-informasi itu. Saya bersyukur untuk weekend yang sepenuhnya rekreasi ini. Saya diajak untuk membuat kembali, entah itu tulisan atau sekedar berpikir ulang tentang segala sesuatu.


Depok - Bogor - Jakarta
2015

0 comments:

About This Blog

There are what I do, see, feel, think, and dream. Enjoy it!

wishlist

Kerja di Jepang, Belanda/Paris/Italy; sepeda ontel yang keren; punya buku sendiri.
free counters

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
@nikenkd / process engineer / interested in process technology and nanotechnology / book addict / loves tea / likes shoots

  © Free Blogger Templates 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP