Ketika Macet
Sejak pagi di kantor beberapa teman memperbincangkan kemacetan senin kemarin. Langit berubah mendung dan hujan turun tak lama di daerah Jakarta Selatan tetapi kemacetan yang ditimbulkan benar-benar luar biasa. Entah apa ada hubungan antara hujan, hari senin dan macet. Barangkali ada. Tapi begitulah jalanan hari senin malam itu, macet.
Bukan hal pertama macet terjadi di Jalan TB Simatupang, bahkan seperti hari-hari biasa pagi dan malam, saat jam pergi dan pulang kantor. Gedung-gedung perkantoran tampak berderet di sepanjang jalan itu, bahkan ada penambahan gedung-gedung baru. Orang yang bekerja di daerah Jalan TB Simatupang bertambah banyak, namun hal ini takdiimbangi dengan angkutan dan jalanan yang layak. Maka kemacetan itu berulang setiap hari.
Saya yang berkantor di daerah tersebut kadang memilih berjalan kaki hingga Jalan Raya Cilandak KKO kemudian melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor. Pernah juga naik mobil jemputan kantor dan terpaksa manyun di dalam mobil karena macet. Dan beberapa kali termenung di dalam metromini dan pasrah sampai terbebas dari kemacetan.
Barangkali macet memberi waktu kepada kita untuk merenung dan berdoa, menyanyi di dalam mobil, dan membaca. Macet memang memberi cerita tersendiri bagi pengguna jalan ibukota, hingga tiap orang masih dengan sabar berjibaku dengan kemacetan setiap hari.
0 comments:
Post a Comment