Cerita dari Jalanan
Selain kadang menggunakan angkutan umum, saya cukup aktif menggunakan sepeda motor. Sepeda motor yang dikirim dari Surabaya dengan plat kebanggaan "L" ini setia menemani menjelajah jalanan ibukota. Sesekali bersama teman main dan nonton, sesekali bersama Abang tersayang. Meski demikian, jika ke suatu tempat yang mudah dijangkau angkutan umum, kami lebih memilih naik metromini atau commuter line. Tak jarang pula saya menumpang teman atau menggunakan fasilitas antar jemput dari kantor. Maka saya cukup paham berada di posisi pengendara motor, penumpang mobil ataupun pejalan kaki.
Sebagai pengendara motor yang sopan, artinya saya jarang mengambil hak pengguna jalan yang lain, saya hampir selalu mematuhi peraturan. Meski satu atau dua kali terpaksa melanggar dan kemudian menyesal. Jalanan ibukota menyimpan banyak cerita dan menyadarkan saya akan banyak hal. Misalnya budaya suatu kota bisa terlihat dari perilaku pengguna jalanannya. Terburu-buru, ingin menang sendiri, yang mewah dan besar adalah pemenang, dan lainnya. Belum lagi angkutan umum sering menaikkan dan menurunkan penumpang sembarangan. Begitulah Jakarta.
Meski demikian, kota ini membuat para penghuninya tangguh. Rela berdesakan di dalam kereta saat jam pulang kerja. Berpanas-panas atau berhujan-hujan saat mengendarai motor lintas provinsi (DKI Jakarta - Jawa Barat). Pasrah menunggu datangnya metromini. Atau rela membayar uang tol setiap hari. Dan begitulah berulang setiap hari. Dan selalu ada alasan untuk bertahan.
Hampir setiap hari saya berkendara di jalanan dua jalur yang cukup sempit, dimana membalap mobil di depan adalah suatu hal yang mustahil jika di arah berlawanan ada mobil-mobil yang melaju. Dengan keadaan seperti itu, memang dibutuhkan keterampilan dan keberanian lebih dalam berkendara. dalam keadaan tidak terburu-buru biasanya saya santai sambil berdoa atau melamun melaju sampai kantor. Namun, saat keadaan darurat, dalam arti saya harus segera bertemu Abang, kesiangan berangkat atau kebelet, saya harus menggunakan keberanian untuk membalap mobil di depan tanpa bersinggungan dengan mobil atau motor dari arah berlawanan. Mendahului ke kanan lalu ambil ke kiri, begitu berulang kali sambil tergesa-gesa.
Suatu ketika saat melihat perilaku pengendara motor lain yang demikian saya punya pemahaman sendiri: barangkali ia terburu-buru ingin cepat bertemu orang yang disayang atau sedang kesiangan berangkat atau kebelet. Ternyata di jalanan, kita juga butuh saling mengerti.
Selamat menikmati jalanan ibukota!
0 comments:
Post a Comment