Cakue Otentik Koh Atek
Udara panas tak hanya datang dari terik siang saat itu, melainkan juga dari panas minyak dari penggorengan besar di kedai kecil Koh Atek. Adonan yang masih fresh diolah langsung oleh Koh Atek menjadi potongan-potongan cakue dan siap digoreng hingga kecoklatan. Bau gurihnya cakue menggoda orang-orang yang lewat untuk mencicipi. Maka tak heran jika kedai kecil di gang sempit Pasar Baru Jakarta itu dikerumuni banyak pembeli, baik pelanggan lama maupun baru. Cakue Koh Atek, begitu namanya yang dikenal banyak orang Jakarta yang sering berkunjung ke Pasar Baru. Koh Atek berjualan cakue buatannya sejak tahun 1971.
Kedai kecil dan sederhana itu tak hanya menjadi tempat berjualan melainkan menjadi museum bagi Koh Atek. Foto-foto perjalanannya ke beberapa tempat di luar negeri dipajang di dinding kedainya. Pun berita dari surat kabar atas ketenaran cakue bikinannya juga turut menghiasi.
Saat melanyani pembeli, sambil mengolah adonan cakuenya, Koh Atek mengajak mengobrol pembelinya dengan musik mandarin sebagai latarnya. Cakue-cakue itu hanya dibuat berdasarkan pesanan pembeli saat itu, maka tak salah jika pembeli harus sabar menunggu. Mungkin begitulah caranya mengatasi ketidaksabaran atau kebosanan pembeli saat menunggu cakuenya selesai dibungkus.
Tak banyak kedai makanan yang bisa bertahan lama di kota besar Jakarta. Ketika harus bersaing dengan nama-nama besar dan produk-produk inovatif, makanan otentik seperti cakue Koh Atek tetap mempunyai tempat tersendiri di lidah pelanggannya.
Terutama di akhir pekan, kedai kecil Koh Atek makin ramai didatangi pengunjung. Barangkali mereka tak hanya menikmati gurih dan renyahnya cakue melainkan nostalgia dan ketekunan yang dihadirkan Koh Atek pada setiap cakue bikinannya.
0 comments:
Post a Comment