-
Hujan mengguyur Jakarta sejak siang. Awan mendung pun tidak beranjak menutupi langit kota Jakarta. Hujan turun seperti rindu langit pada bumi. Deras. Musim hujan ataukah musim rindu?
Diantar taksi bersama keponakan dan adikmu tercinta, kau tiba di bandara untuk meninggalkan kota yang basah diguyur hujan. Meninggalkan kota yang penuh cerita tentang kekuasaan, kemacetan, kemiskinan, polusi dan banyak lagi.
Di belahan kota sebelah lain, aku pulang di bawah guyuran hujan. Menerobos kemacetan kota. Hujan selalu membuat sendu, pikirku. Juga rindu makin merindu.
Sementara, kita berpisah. Merangkai kisah supaya bisa kita ceritakan saat kita bertemu lagi. Sambil menunggu kabar keberangkatanmu, aku ingat sajak Joko Pinurbo: urip iki mung mampir kangen.
Kini hujan dan rindu tidak lagi membuatku kedinginan.
0 comments:
Post a Comment