rumah sakit
Minggu-minggu ini saya berurusan dengan rumah sakit. Beberapa hari saya harus merawat dan menjaga teman saya yang sakit. Dan kemarin menjenguk teman lain yang sakit juga. Di perjalanan menuju rumah sakit, saya melihat beberapa spanduk iklan telah dibagun rumah sakit di tempat tertentu. Belum lama juga saat berkendara, saya terkejut menjumpai rumah sakit baru telah dibangun di kawasan tersebut. Padahal tak jauh dari sana sudah ada rumah sakit. Kagetnya lagi, bangunan rumah sakit menjulang tinggi seperti gedung perkantoran atau hotel.
Setelah saya amati kembali, di Jakarta, selain mall dan gedung bertingkat, yang menjamur jumlahnya adalah rumah sakit. Saya kira ada banyak rumah sakit di kota ini. Dan masih juga bertanya-tanya, mengapa tidak semua warga kota mendapat pelayanan kesehatan yang layak? Pertanyaan lainnya: apa warga kota ini banyak yang sakit sehingga harus ada banyak rumah sakit?
Kehidupan yang mapan di kota ternyata tidak menjauhkan diri kita dari penyakit. Dalam kemapanan dan kemewahan, kita sering lupa. Kita cenderung seenaknya makan apa saja atau bekerja tak henti-henti. Seperti hanya menyenangkan diri dan bekerja keras untuk itu. Sementara, ada kebutuhan lain dalam diri yang juga harus dipenuhi. Kedamaian, kebahagiaan, cinta. Yang tak selamanya kita dapat dari uang, pekerjaan, atau makanan.
Kota ini bukan butuh rumah sakit atau mall untuk menyembuhkan 'penyakit' warganya. Akan lebih baik, jika ada banyak taman kota atau ruang tebuka hijau yang memungkinkan kita untuk duduk dan berekreasi. Atau gedung-gedung pertunjukan yang menyuguhkan pertunjukan dengan harga terjangkau tapi tetap menjaga kualitas pertunjukannya.
Pemerintah kota harusnya tidak sembarangan menerima tawaran investasi seperti pusat perbelanjaan ataupun rumah sakit. Taman kota dan gedung pertunjukan memang bukan investasi yang menghasilkan banyak keuntungan. Melainkan sebuah investasi akan kehidupan. Bahwa kehidupan yang manusiawi juga akan menghasilkan tindakan-tindakan manusiawi lain.
0 comments:
Post a Comment