Rahwana, Sang Pencinta Sejati
“Tuhan jika cintaku pada Sinta terlarang, mengapa kau bangun megah perasaan cinta dalam sukmaku.”
Begitulah prolog Sujiwo Tejo membuka pagelaran wayang Maha Cinta Rahwana awal bulan lalu. Sujiwo Tejo menampilkan sisi lain dari Rahwana, tokoh antagonis, dikenal sebagai Dasamuka, penguasa Negeri Alengka. Dalam kisah Ramayana, Rahwana menculik Sinta dari Rama dan mengurungnya di Taman Argasoka, Negeri Alengka. Secara moral dan akal budi, Rahwana bersalah. Namun, secara naluri apakah Rahwana juga bersalah?
Dewa menganugerahinya rasa cinta yang besar kepada Dewi Sri. Pada setiap titisan Dewi Sri, Rahwana jatuh cinta. Tapi perempuan jelita mana yang mau pada Rahwana, raksasa berkepala sepuluh. Setiap wanita titisan Dewi Sri tak pernah ada yang mau menerima cintanya. Maka ketika Rahwana mengetahui Sinta adalah titisan Dewi Sri, ia memburunya. Diculiknya Sinta dari tangan Rama di hutan Dandaka. Diboyonglah Sinta ke Taman Argasoka. Selama 12 tahun Sinta dikurung dan selama itulah Rahwana merayu dan membujuk Sinta untuk mencintainya.
Pergulatan batis atas cinta Rahwana pada Sinta itulah yang diangkat Sujiwo Tejo dalam pagelaran wayangnya. Gambaran cinta laki-laki sejati pada perempuan yang amat dicintainya. Sosok Rahwana yang urakan, namun disisi lain ia adalah pecinta yang ulung.
Sebagai dalang, Sujiwo Tejo keluar dari pakem cerita wayang. Ia menampilkan wayang yang berbeda. Ia menggabungkan dunia kekinian dengan dunia perwayangan. Maka tidak heran, pertunjukkannya kali ini disebutnya sebagi konser. Di dalamnya selain mendalang, ada pula musik, tarian, teater, sastra dan guyonan serta sindiran. Pemain dalam pagelaran wayangnya -saya lebih suka menyebut pagelaran wayang daripada konser- pun bukan sembarang orang. Sebut saja, Butet Kertarajasa, aktor teater dan aktor monolog, Sitok Srengenge, penyair, Glenn Fredly, penyanyi, dan beberapa nama seperti: Sruti Respati, Syaharani, Tya Subiakto, Bintang Indiarto, Dewa Budjana. Trio GAM dari Yogyakarta juga memberi warga segar dengan guyonannya.
Romantisme Rahwana tergambarkan dari kalimat-kalimat yang disampaikan Sujiwo Tejo. “Laki-laki itu tugasnya di luar rumah. Rumah tangga itu urusan istri dan Tuhan.” Atau: "Tahukah engkau manusia paling tak berperasaan di muka bumi? Dia yang jauh dari kekasih di saat hujan, namun tak ia tulis satu pun puisi." Urakan Rahwana ditunjukkan lewat nyanyian Sujiwo Tejo berjudul Jancuk. Urakan berbeda dengan kurang ajar. Jancuk menunjukkan bahwa sopan belum tentu baik, namun urakan dan ngawur bisa jadi benar.
Sujiwo Tejo bersama Butet Kertarejasa yang mememerankan resi, serta Trio GAM sebagai punokawan, mengajak penonton menertawakan kehidupan. Pada jaman sekarang, banyak orang kehilangan akal sehatnya, demikian juga para pemimpin. Tes keperawanan adalah salah satu contohnya. Apa dengan status perawan atau tidak perawan, sikap dan perilakunya lebih baik? Ada hal-hal lain yang jauh lebih penting untuk diselesaikan. Korupsi, keamanan, pengelolaan sumber energi. Kisah Rahwana yang menjaga kesucian Sinta dengan tak pernah menyentuh dan memaksanya untuk mencintainya mengajarkan banyak hal. Ada cinta dalam diri setiap orang, dan dengan cinta itulah kita memelihara akal sehat.
0 comments:
Post a Comment