Sirkus

Compagnie Non Nova, kelompok sirkus asal Perancis, membuka festival dua tahunan Biennale Sastra Salihara yang bertema Sirkus Sastra. Teater sirkus Perancis ini menghadirkan sirkus kontemporer menggunakan angin dan kantong-kantong plastik. Kedua karyanya, Vortex dan Afternoon of a Foehn,  adalah pentas sirkus yang lain, segar dan baru. Angin menggerakkan boneka-boneka ciptaan dari kantong plastik. Diiringi musik yang baik dan pengaturan kecepatan dan arah angin, boneka-boneka itu menari dengan indah.

Vortex, pertunjukan yang diperuntukkan untuk usia 15 tahun ke atas, adalah sebuah pergelutan dan perjuangan manusia melawan pusaran angin yang berakhir pada sebuah pembebasan. Sang aktor dengan properti yang ada, boneka plastik dan plastik besar yang berputar dalam pusaran angin dari 24 kipas angin di sekitar panggung, bermain-main dan menari. Bermain dengan angin yang berputar atau sebaliknya, dipermainkan angin. Dengan musik dan tata lampu yang baik, seakan penonton lupa bahwa keindahan itu berasal dari plastik dalam pusaran angin. 

Sementara itu, Afternoon of a Foehn adalah pertunjukan yang diperuntukkan bagi anak-anak. Boneka-boneka plastik diciptakan dari kantong plastik, yang sering kita anggap remeh. Boneka-boneka itu menari dan terbang digerakan oleh angin dari 20 kipas angin di sekitar panggung. Dan bersama anak-anak, saya ikut terkagum dan menikmati pertunjukan itu.

Ketika orang dewasa sibuk menganalisis bagaimana boneka dan plastik-plastik ternang dan menari, anak-anak justru merayakan keindahan dengan penuh kekaguman. Sirkus menghadirkan dunia yang lain, penuh imaji dan fantasi. Sirkus adalah perayaan akan fantasi. Melalui sirkus kita diajak untuk merayakan kehidupan.