Immanuel Kant: Kesadaran Moral

"Hati orang siapa yang tahu". Begitulah kalimat bijak yang sering kita dengar. Apa yang menjadi motivasi setiap orang dalam melakukan sesuatu, hanya orang tersebut yang tahu. Suara hati yang menggerakkan, yang merespon setiap peristiwa yang terjadi sehingga kita bisa menentukan apa yang harus kita lakukan. Karena setiap manusia mempunyai suara hati, manusia berhak mengartikan kebenarannya masing-masing. Dan ia berhak untuk menentukan perbuatan yang dipilih dan dilakukannya. Namun, ia sendiri harus bertanggung jawab atas yang dipilih atau dilakukannya.

Sabtu pertengahan Februari lalu, Romo Magnis menyampaikan materi moralitas dalam kuliah filsafat di Salihara. Ia menunjukkan moralitas itu berasal dari suara hati. Adalah Immanuel Kant seorang filosof dari Prussia Timur, menjelaskan hakikat kesadaran moral dengan contoh demikian: Ada orang diancam hukuman mati kecuali ia bersedia memberi kesaksian palsu mengenai orang lain yang tidak bersalah. Apakah mungkin orang itu mengatasi cinta pada hidup dan tetap menolak memberi kesaksian palsu? Mungkin saja. Itulah inti kesadaran moral. Kita tahu dan sadar bahwa perbuatan itu salah tapi kadang kita melakukannya. Atau sering kita tidak melakukan hal itu karena kita tahu itu salah. Apapun yang kita pilih untuk perbuat adalah kita juga yang bertanggung jawab. Kesadaran akan perbuatan, kewajiban itu bisa kita sebut suara hati. Suara hati adalah reaksi hati kita akan peristiwa yang harus dihadapi. Suara hati menuntun dan menunjukkan pada hal baik dan tidak pernah memberi ruang pada yang jahat.

Suara hati manusia besar dipengaruhi oleh lingkungan, budaya dan pengetahuan. Itu sebabnya suara hati bisa salah. Kurangnya pengetahuan atau tumbuh dalam lingkungan kurang baik. Suara hati selalu muncul pada saat-saat yang dibutuhkan asalkan kita peka mendengarkannya. Rasanya kalau semua manusia mendengarkan suara hati, dunia ini bisa damai, manusia hidup berdampingan dan tidak serakah mengambil hak orang lain.

Selamat mendengarkan suara hati!