The Act of Killing: Mencari Kebenaran
Setiap kita punya masa lalu dan kita menyebutnya sebagi sejarah. Melalui sejarah kita belajar menerima diri dan memperbaiki diri. Demikian juga bangsa ini, sejarah mencatat sebuah peristiwa berdarah 1965. Dilaporkan sekitar satu juta orang, bahkan lebih, tewas dibunuh dan dianiaya atas tuduhan komunis. Namun rupanya bangsa ini tidak belajar dari sejarah, mengakuinya pun tidak. Sejarah kelam itu seakan ditutup-tutupi, dimanipulasi, nyaris dilupakan. Entah karena takut atau malas, kita tidak pernah mempersoalkan kebenarannya.
Dengan semangat mencari kebenaran, sebuah film dokumenter arahan Joshua Oppenheimer, The Act of Killing hadir dan layak mendapat perhatian. Film ini berisikan pengakuan seorang algojo yang menghabisi nyawa ratusan orang yang dianggap PKI di Medan. Adalah Anwar Congo, seorang pemuda yang kehilangan pekerjaannya sebagai tukang catut tiket bioskop karena aturan larangan pemutaran film-film barat yang kapitalis oleh PKI. Atas dasar dendam itulah, ia direkrut tentara untuk membunuh orang-orang yang terlibat PKI. Tanpa rasa takut dan bersalah, ia menceritakan bagaimana ia dan kawan-kawannya menghabisi nyawa kemudian membuangnya ke sungai. Ia bangga karena ikut menyelamatkan bangsa Indonesia dari bahaya komunis.
Film berdurasi hampir 3 jam itu juga memperlihatkan peran organisasi pemuda terbesar di Indonesia dalam penumpasan PKI. Beberapa nama penguasa disebut-sebut sebagai "otak" operasi penumpasan. Dalam wawancaranya dengan algojo yang lain, dikatakan sebenarnya para algojo dan orang-orang yang menyokong lebih sadis dan lebih keji dari orang komunis. Dari film ini, sesuatu yang bisa disebut kebenaran muncul dan generasi kini diajak berpikir dan merekonstruksi ulang sejarah yang sebelumnya hanya dijejalkan. Namun sejarah dikuasai oleh pemenang. Pengadilan atas pembunuhan besar-besaran tidak pernah dilakukan. Bangsa ini paham bahwa ideologi komunis tidak cocok diterapkan di Indonesia. Tapi bangsa Indonesia belum belajar dari sejarah. Bangsa ini belum berniat dengan rendah hati mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada keluarga korban PKI.
0 comments:
Post a Comment