Sunday, March 4, 2012

Lebih Dari Sekedar Cerita Cinta

Cerita Cinta Enrico, buku terbaru Ayu Utami ditulis dari kisah nyata seorang bernama Enrico. Enrico lahir pada masa pemberontakan PRRI di Padang, Sumatera Barat dan harus ikut bergerilya bersama Ayahnya, seorang Angkatan darat, Ibunya seorang wanita berpendidikan, dan Sanda, kakaknya yang sudah tak sehat sejak kecil. Oleh pemerintahan pusat, PRRI dianggap pemberontakan, tetapi di daerah asalnya, PRRI adalah sebuah revolusi sebagai peringatan kepada Soekarno yang memihak salah satu blok dunia. Meski Sang Ayah kelahiran Madura dan sang Ibu kelahiran Kudus, namun untuk urusan PRRI ini, mereka membela Sumatera tempat Sang Ayah bertugas dan itu artinya menjadi tumpasan pemerintahan pusat di Jawa sampai akhirnya menyerah dan tunduk pada pemerintah. Enrico besar di perkampungan tentara yang mengajarinya menjadi seorang laki-laki. Ikut dalam kenakalan anggota kelompoknya tapi juga rajin ke gereja dan bersekolah di sekolah katolik yang bagus.

Sepeninggal Sanda, kakaknya, Ibunya berubah, tidak lagi mempesona saat ia kecil dahulu. Sang Ibu sering sekali sakit dan menyalahkan ia yang nakal sebagai penyebab sakitnya kambuh. Enrico kecil sudah terbiasa kerja keras, merawat Ibunya yang sakit, memasak dan berternak ayam. Bahkan ia belajar dari ayam-ayamnya bahwa untuk bisa memasukkan sesuatumu ke dalam sesuatu yang lain, kau harus melakukannya dengan sejenis rasa hormat pada yang memiliki sesuatu yang lain itu.

Oleh Ibunya yang sudah berubah itu, Enrico dicekcoki masalah agama. Ia tak boleh merayakan ulang tahun, menonton bioskop, dan memaksa untuk percaya bahwa kiamat akan datang pada tahun 1975 meski nyatanya itu tidak pernah terjadi. Ayam-ayam peliharaannya kini tak bisa dijadikan teman bermain. Hadirnya ayam boiler dan ayam leghorn yang mempunyai telur lebih besar tapi lebih amis, tidak lagi membuat hidup Enrico asik seperti saat dulu memiliki ayam-ayam kampung. Ayam boiler itu tumbuh dewasa dengan cepat dan berwarna seragam, tidak seperti ayam kampung yang berkarakter, yang tiap ayam pun bisa diberinya nama.

Dengan motivasi kebebasan, bebas dari Ibu yang memaksanya percaya pada agama, ia masuk ITB. Sebagai mahasiswa, ia pun tak pernah luput dari peristiwa bersejarah. Setelah ikut menentang terpilihnya kembali Soeharto akhirnya ia menjadi saksi runtuhnya rezim Orba. Hidupnya tak pernah lepas dari Indonesia dan perempuan. Seperti pada Ibunya, Enrico mencintai perempuan namun juga tak ingin dipaksakan kehendak oleh mereka.

Membaca buku ini, saya diajak mengikuti kisah cinta Enrico pada Ibunya, pada tanah airnya juga pada kekasihnya. Bentangan sejarah yang menjadi latar waktu menjadikan cerita cinta ini begitu istimewa. Kisah yang muncul dari ingatan seorang Enrico sejak masa kecil, remaja, hingga dewasa adalah sebuah kejujuran pada hidup yang dijalani dan dipilihnya. Bahwa pencarian dan pencapaian itu tidak akan berhenti sampai kita bisa mendapatkannya.

0 comments:

About This Blog

There are what I do, see, feel, think, and dream. Enjoy it!

wishlist

Kerja di Jepang, Belanda/Paris/Italy; sepeda ontel yang keren; punya buku sendiri.
free counters

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
@nikenkd / process engineer / interested in process technology and nanotechnology / book addict / loves tea / likes shoots

  © Free Blogger Templates 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP