Dipaksa Disiplin
Setelah menggeser bersih warung-warung kesayangan saya di Stasiun Gondangdia, sebuah pagar dipasang memanjang sepanjang stasiun. Meski membuat saya berjalan agak jauh dari biasanya, para penumpang commuter line tampak lebih teratur masuk dan keluar stasiun. Tak cuma di Stasiun Gondangdia dan Cikini, di Stasiun Tanjung Barat, seorang teman menegur saya untuk naik jembatan penyebrangan untuk masuk ke dalam stasiun. Biasanya saya dan kebanyakan penumpang lain seenaknya menyebrang jalan untuk masuk stasiun. Lagi-lagi meski capek naik tangga, jalan penumpang yang masuk dan keluar stasiun terlihat lebih rapi. Tak cuma saya yang terpaksa patuh, para penumpang lain pun demikian. Kami semua dipaksa disiplin.
Memang perbaikan pelayanan angkutan umum khususnya kereta listrik jabodetabek tengah gencar-gencarnya dilakukan. Setelah menertibkan pedagang yang berjualan di kompleks stasiun, kini giliran menertibkan penumpang dengan mengatur jalur masuk dan keluar stasiun. Karena kenyamanan adalah tanggung jawab bersama, setiap orang baik penumpang maupun pengelola kereta listrik jabodetabek menjalankan perannya. Maka bukan hanya perbaikan layanan, namun juga perbaikan mental bersama.
Sebagai pengguna kereta listrik jabodetabek, saya memang berharap banyak akan perubahan yang lebih baik atas layanannya. Perbaikan tak berhenti sampai di sini, penggunakan rel khusus atas kereta jabodetabek dan kereta jarak jauh, penambahan gerbong kereta, penambahan stasiun baru yang belum terjangkau hingga terintegrasinya kereta listrik jabodetabek dengan angkutan umum lain adalah bagian dari harapan saya.
Barangkali nanti, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dan sekitarnya akan berkurang, karena penggunanya beralih menggunakan kereta listrik yang nyaman dan aman. Ah!
0 comments:
Post a Comment