Tuesday, August 25, 2015

Battle of Surabaya: Film Animasi untuk Indonesia

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat, Indonesia menyatakan  kemerdekaannya. Namun, itu tak berlangsung lama, Sekutu datang diboncengi oleh tentara Inggris dan menduduki kota Surabaya. Hotel Yamato di Surabaya menjadi saksi keberanian arek-arek Surabaya merobek bendera Belanda menjadi bendera merah putih Indonesia. Di tengah tegangnya suasana panas saat itu, Musa, seorang remaja yang biasa bekerja menyemir sepatu kali ini mendapat tugas khusus mengantar surat dan kode-kode. Dalam perjalanannya sebagai kurir itu ia mengalami berbagai peristiwa salah satunya kehilangan orang yang ia cintai. Meski demikian, Ia bersama sahabatnya Yumna bertahan dalam situasi perang dan berjuang mempertahankan kemerdekaan. 

Berlatar sejarah kemerdekaan bangsa, film animasi berjudul Battle of Surabaya bisa dinikmati penonton bioskop sejak 20 Agustus ini. Menjadi hadiah bagi 70 tahun kemerdekaan, film animasi ini patut diapresisasi. Mengangkat tema sejarah dengan bungkus menarik memang sebuah tantangan tersendiri, apalagi dikemas sebagai animasi. Gaya animasi Battle of Surabaya ini bagi saya mirip dengan gaya animasi produksi Studio Ghibli Jepang. Meski demikian, film ini tetap mengandung ke-Indonesiaannya. Lanskap pegunungan, pepohonan, rumah-rumah dan langit biru maupun senja terasa indahnya Indonesia. Berlatar tahun 1945 di kota Surabaya, animasi yang digarap oleh mahasiswa dan alumni Amikom Yogyakarta dan MVP Picture ini mampu menghadirkan suasana jaman dulu, meski beberapa style tokoh-tokohnya tampak tak pas.

Untuk menarik penonton lebih banyak, MVP Pictures mengandeng nama yang sudah terkenal, Maudy Ayunda dan Reza Rahardian untuk mengisi suara Yumna dan Danu. Musa sendiri diperankan oleh Ian Saybani seorang announcer radio ibukota. Disisipi dialek khas Surabaya, Reza Rahardian tampak kurang pas memerankannya. Meski demikian, sound di film ini digarap maksimal untuk kualitas film dunia. Musik latar dan lagu sountracknya disiapkan dengan baik. 

Bagi Musa yang hidup pada masa perang, ia hanya menginginkan "makan kenyang dan tidur nyenyak". Tapi kenyataan tidak demikian, ibunya harus tewas saat kebakaran menyerang desa tempat tinggalnya. Beruntungnya ia punya Yumna sahabat yang ia jumpai di pasar karena merebut tempatnya menyemir. Bersama Yumna, Musa berbagi kesedihan dan harapan atas selesainya peperangan. Bagi mereka, apapun yang terjadi, kemerdekaan harus dipertahankan dan perjuangan hanya untuk Indonesia. Tak ada kompromi. Tak hanya sekutu yang menjadi musuh tentara Indonesia tapi juga kelompok kipas hitam yang anggotanya pribumi namun memihak sekutu. Akan tetapi, Yumna yang mantan anggota kipas hitam keluar dan memilih Indonesia tempatnya berjuang, berbeda dengan Danu. Kisah persahabatannya di antara mereka: Musa, Yumna dan Danu menjadi selingan hiburan yang menyegarkan di film ini.

Peperangan hanya membuat banyak orang kehilangan: orang-orang yang dikasihi dan tempat tinggal. Sesuai dengan tagline film, tak ada kemenangan dalam perang, Battle of Surabaya mengingatkan bahwa kehidupan yang rukun dan damai adalah harapan semua bangsa. Maka film yang bersetting di Surabaya, sementara itu diproduksi oleh orang-orang Yogyakarta dan terinspirasi gaya anime Jepang ini layak dinikmati sebagai hadiah Kemerdekaan Indonesia ke 70.

Depok - 2015

0 comments:

About This Blog

There are what I do, see, feel, think, and dream. Enjoy it!

wishlist

Kerja di Jepang, Belanda/Paris/Italy; sepeda ontel yang keren; punya buku sendiri.
free counters

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
@nikenkd / process engineer / interested in process technology and nanotechnology / book addict / loves tea / likes shoots

  © Free Blogger Templates 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP