Saturday, March 7, 2015

Aku Diponegoro: Dari Raden Saleh Hingga Kini

Raden Saleh mengenakan pakaian kebesaran militer lengkap dengan medali duduk di samping Pangeran Diponegoro dengan jubah dan sorban putih. Keduanya tampak gagah dengan busananya. Dibaliknya samar-samar terlukis gunung merapi dan berlatar warna merah dan putih. Srihadi Soedarsono memang ingin menggambarkan kedua tokoh tersebut adalah pahlawan yang berjasa bagi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Lukisan ini menjadi lukisan yang menyambut kita saat memasuki ruang pameran Aku Diponegoro yang digelar Galeri Nasional sejak 1 Februari 2015 lalu.

Pangeran Diponegoro begitu lekat dalam benak Raden Saleh. Maka, peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro dilukisnya dengan penuh rasa nasionalisme. Diponegoro ditampakkan tetap tegar dan pantang tunduk pada Belanda. Saat itu Diponegoro dijebak oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menghadiri perundingan, tetapi ditangkap paksa. Raden Saleh dikenal sebagai seniman pada jaman Hindia Belanda. Ia disekolahkan ke negeri kincir angin oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mendalami seni lukis Eropa yang romantis. Sekembalinya ke tanah air, Penangkapan Pangeran Diponegoro adalah salah satu lukisannya yang bernilai tinggi.
Ingatan akan Pangeran Diponegoro tumbuh dalam dunia seni lukis Indonesia. Setelah Raden Saleh, ada banyak seniman menggambarkan sosoknya dalam sorban dan jubah putih. Kini ingatan itu tak ingin berhenti pada generasi-generasi terdahulu. Riwayat perjuangannya tak hanya ditulis di buku-buku sejarah, melainkan hidup pada jiwa generasi-generasi masa kini. Itulah salah satu tujuan pameran Aku Diponegoro ini diselenggarakan.
Dikurasi oleh Dr. Werner Kraus, Jim Supangkat dan Dr. Peter Carey, karya-karya seniman atas interpretasi kisah Pangeran Diponegoro diharapkan membangkitkan semangat heroik dan spiritual pada generasi masa kini. Karya-karya seni sejak jaman Raden Saleh hingga seniman kontemporer abad ini dipamerkan dalam berbagai rupa.
Menghindari kesan seni "tinggi" yang dilekatkan pada lukisan Raden Saleh, para seniman kontemporer menghadirkan seni yang lebih dekat pada kehidupan. Karya Pupuk Daru Purnomo misalnya, lukisan riwayat hidup Diponegoro digambar dengan latar hitam. Pupuk menggambarkan keterikatan Diponegoro dengan wanita sewaktu hidupnya. Hubungan mistis antara Sang Pangeran dengan para wanita di kehidupannya mempunyai peranan penting untuk mendorong niat Pangeran Diponegoro bertahan hidup. Di depan lukisan Pupuk, terdapat sebuah patung wanita yang berbusana sensual dengan aura wanita super.
Pameran yang digelar satu bulan ini menarik ribuan pengunjung baik tua, muda hingga anak-anak. Pangeran Diponegoro tak hanya hidup sebagai nostalgia namun hidup dalam ingatan anak bangsa kini. Lewat pameran ini dihantarkan pada masa-masa lalu dan disadarkan akan kehidupan sekarang dengan memberikan pemahaman lebih akan sebuah perjuangan.

2015

0 comments:

About This Blog

There are what I do, see, feel, think, and dream. Enjoy it!

wishlist

Kerja di Jepang, Belanda/Paris/Italy; sepeda ontel yang keren; punya buku sendiri.
free counters

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
@nikenkd / process engineer / interested in process technology and nanotechnology / book addict / loves tea / likes shoots

  © Free Blogger Templates 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP