Saturday, November 30, 2013

Gema Nusantara: Perjalanan Menjadi Indonesia

Pada suatu masa kepemimpinan Bung Karno, sejumlah seniman dari berbagai daerah dikumpulkan dan diberi tempat untuk berlatih bersama. Mereka disiapkan untuk sebuah misi kebudayaan. Kebudayaan sebagai diplomasi politik. Melalui kebudayaan, para seniman mau menunjukkan kedaulatan bangsa. Sebuah bangsa yang besar, kaya dan bermartabat bernama Indonesia. Dalam persiapan untuk misi tersebut, Bung Karno memberikan wawasan kebangsaan kepada para seniman. Supaya dengan jalan kebudayaan, bangsa ini menemukan identitasnya dan diakui negara-negara lain di dunia.

Bagong Kussudiarja adalah satu seniman yang ikut dalam misi kebudayaan tersebut. Lahir di Bantul Yogyakarta tahun 1928 adalah seorang seniman tari. Ia mencipta dan mengkreasi tari-tari dari tradisi budaya Indonesia. Malam kemarin di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, sebuah pagelaran tari Bagong Kussudiarja dipentaskan. Sejumlah penari dari Padepokan Seni Bagong Kussudiarja tampil, tak ketinggalan Kua Etnika, kelompok musik etnik-modern yang digawangi Djaduk Ferianto, putra bungsu Bagong K. 5 Tarian kreasi Bagong Kussudiarja ditampilkan diantaranya: Tari Kethekan, Tari Layang-layang, Tari Wira Pertiwi, Tari Yapong dan Tari Gema Nusantara. Musik pengiring dan gerak tarinya membuat saya terkagum. Indah. Sebuah karya hasil dari Menjadi Indonesia. Sebuah kebanggaan sebagai bangsa dan penghargaan kepada tradisi. Tari Kethekan adalah tari klasik Jawa asal Yogya yang menggambarkan gerak lincah Hanoman dan pasukan kera dalam Ramayana. Tari Layang-layang hanya diiringi suara kendhang disertai gerak lincah seolah-solah bermain laying-layang. Gerakannya kadang patah-patah, namun ceria dan jenaka. Pada tari Wira Pertiwi digambarkan perempuan-perempuan yang memanah dengan busurnya. Perempuan juga melakukan perjuangan. Tari Yapong yang dikenal sebagai tarian Betawi itu adalah kreasi Bagong Kussudiarja dalam pentas Sendratari Pangeran Jayakarta. Tarian gadis-gadis yang bergembira karena warga nelayan berhadil menangkap ikan. Sementara tari Gema Nusantara adalah gambaran keberagaman budaya nusantara. Tari ini menggabungkan berbagai unsur keIndonesiaan.

Selain tarian, Syaharani tampil menyanyi diiringi musik Kua Etnika. Djaduk sendiri tampil dengan komposisi Kupu Tarung bersama grup musiknya. Dan tak pernah ketinggalan, Butet Kertaredjasa ber-monolog. Dalam monolognya, Butet membawa nostalgia kepemimpinan Bung Karno yang begitu memperhatikan peran kebudayaan dalam lingkup kebangsaan. Berkaca dari itu, adakah pemimpin masa kini yang memberi perhatian pada kebudayaan dan karya seni?



Kebudayaan adalah rumah bagi keberagaman. Terlebih Indonesia yang sangat beragam ini. Bahkan bukan gagasan politik yang menjadi pemersatu bangsa, kebudayaan lah yang menyatukan. Pancasila Rumah Kita yang dinyanyikan Paksi Raras Alit dengan aransemen Djaduk mengingatkan kembali akan cita-cita bangsa Indonesia. Dasar bernegara dan berbangsa itu tidak dibuat tanpa alasan dan tujuan. Perjalanan Menjadi Indonesia memang belum selesai dan bisa jadi tidak pernah selesai. Karena seperti yang dituliskan Umar Kayam: kebudayaan itu kata kerja yang dinamis bukan yang ada di museum, kebudayaan Indonesia mesti dipahami dalam konteks itu, sebagi proses transformasi budaya manusia Indonesia. Atau yang dituliskan Goenawan Mohamad: pengertian identitas itu tidak pernah final, identitas seyogyanya adalah pencarian terus menerus, adalah proses gerak itu sendiri. Menjadi Indonesia.

0 comments:

About This Blog

There are what I do, see, feel, think, and dream. Enjoy it!

wishlist

Kerja di Jepang, Belanda/Paris/Italy; sepeda ontel yang keren; punya buku sendiri.
free counters

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
@nikenkd / process engineer / interested in process technology and nanotechnology / book addict / loves tea / likes shoots

  © Free Blogger Templates 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP