Gema Nusantara: Perjalanan Menjadi Indonesia
Pada suatu masa kepemimpinan Bung Karno, sejumlah seniman dari berbagai
daerah dikumpulkan dan diberi tempat untuk berlatih bersama. Mereka
disiapkan untuk sebuah misi kebudayaan. Kebudayaan sebagai diplomasi
politik. Melalui kebudayaan, para seniman mau menunjukkan kedaulatan
bangsa. Sebuah bangsa yang besar, kaya dan bermartabat bernama
Indonesia. Dalam persiapan untuk misi tersebut, Bung Karno memberikan
wawasan kebangsaan kepada para seniman. Supaya dengan jalan kebudayaan,
bangsa ini menemukan identitasnya dan diakui negara-negara lain di
dunia.
Selain tarian, Syaharani tampil menyanyi diiringi musik Kua Etnika. Djaduk sendiri tampil dengan komposisi Kupu Tarung bersama grup musiknya. Dan tak pernah ketinggalan, Butet Kertaredjasa ber-monolog. Dalam monolognya, Butet membawa nostalgia kepemimpinan Bung Karno yang begitu memperhatikan peran kebudayaan dalam lingkup kebangsaan. Berkaca dari itu, adakah pemimpin masa kini yang memberi perhatian pada kebudayaan dan karya seni?
Kebudayaan adalah rumah bagi keberagaman. Terlebih Indonesia yang sangat beragam ini. Bahkan bukan gagasan politik yang menjadi pemersatu bangsa, kebudayaan lah yang menyatukan. Pancasila Rumah Kita yang dinyanyikan Paksi Raras Alit dengan aransemen Djaduk mengingatkan kembali akan cita-cita bangsa Indonesia. Dasar bernegara dan berbangsa itu tidak dibuat tanpa alasan dan tujuan. Perjalanan Menjadi Indonesia memang belum selesai dan bisa jadi tidak pernah selesai. Karena seperti yang dituliskan Umar Kayam: kebudayaan itu kata kerja yang dinamis bukan yang ada di museum, kebudayaan Indonesia mesti dipahami dalam konteks itu, sebagi proses transformasi budaya manusia Indonesia. Atau yang dituliskan Goenawan Mohamad: pengertian identitas itu tidak pernah final, identitas seyogyanya adalah pencarian terus menerus, adalah proses gerak itu sendiri. Menjadi Indonesia.
0 comments:
Post a Comment