Sampek Engtay dari Betawi
Sampek Engtay adalah legenda dari Cina tentang sepasang kekasih yang saling mencintai namun tidak bisa bersatu di dunia. Lakon ini kemudian diadaptasi oleh Teater Koma. Disutradarai N. Riantiarno, Sampek Engtay dipentaskan di berbagai kota sejak 1988. Di tahunnya ke-25, saya ikut serta menikmati karya Teater Koma ini. Sampek Engtay dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta mulai 13-23 Maret nanti.
Engtay adalah putri tunggal keluarga Ciok yang kaya raya di Serang. Engtay adalah seorang putri yang cerdas. Ia ingin bersekolah karena baginya perempuan juga harus bisa maju dengan mengenyam pendidikan. Maka dengan kecerdikannya, ia berhasil menyakinkan orang tuanya supaya ia boleh bersekolah lewat penyamarannya sebagai laki-laki.
Maka berangkatlah ia ke Batavia dan di sana bertemulah ia dengan Sampek. Sampek adalah pemuda baik dan jujur dari Rengasdengklok. Bersama-sama mereka bersekolah. Di asrama pun, mereka satu kamar. Namun Sampek yang lugu tidak pernah menyadari bahwa Engtay adalah perempuan. Satu tahun berjalan dan Engtay jatuh cinta pada Sampek yang lugu itu. Namun, saat mereka berkasih-kasihan, Engtay harus kembali ke Serang karena ia sudah dijodohkan Ayahnya dengan pemuda lain.
Sampek akhirnya mati merana. Saat arak-arakan hari pernikahannya, Engtay meminta untuk beriarah di makam Sampek di pinggir jalan yang dilewati itu. Tiba-tiba kuburnya terbuka dan Engtay masuk ke kubur itu. Dan jiwa mereka bersatu pada sepasang kupu-kupu yang terbang di atas kubur itu.
Teater Koma menyajikan pertunjukan Sampek Engtay dengan perpaduan budaya Cina dan Betawi. Tata panggung, kostum dan musik pengiring mampu menghadirkan kedua budaya tersebut. Diiringi guyonan yang kocak dan tingkah pemain, menambah segarnya pertunjukan. Menonton teater selama 3 jam pertunjukan dengan sekali break ini, sebetulnya cukup melelahkan bagi saya, setelah pulang kerja dan kurang mengerti benar tentang teater. Tapi, saya terbayar dengan beberapa foto dan kebersamaan dengan teman-teman.
PS: kita harus nonton teater bareng (lagi), Bang!
1 comments:
Aku pernah liat Sampek Engtay, versi ketoprak Siswo Budoyo jaman jaya-jayanya mereka, waktu gedung theater juga masih jaya di Lumajang. Entah gimana kabarnya.
Eh, BTW....udah lama gak blog walking kesini...hihihi..udah gak pake blogspot lagi soale :p
Post a Comment