Monday, August 27, 2012

Perahu Kertas: Sebuah Refleksi

Kugy, mahasiswi fakultas sastra, bercita-cita menjadi seorang pendongeng. Selain menulis dongeng, ia menyukai laut dan percaya Neptunus -dewa laut- mendengar keinginannya. Maka ia selalu menulis keluh kesah dan harapannya pada sebuah perahu kertas dan membiarkannya ikut aliran sungai yang berujung pada laut. Keenan, atas paksaan ayahnya ia masuk fakultas ekonomi meski menyukai melukis. Kugy bertemu Keenan yang adalah sepupu sahabatnya, Eko.

Menjadi seseorang yang kita ingini itu tidak mudah. Kita harus menjadi orang lain yang diinginkan masyarakat kemudian kita bisa menjadi diri sendiri. Begitulah konflik pribadi Kugy dan Keenan menjadi diri yang mereka inginkan. Akankah mereka menjadi orang lain dahulu atau memutuskan menjadi diri yang dingini meski menyakitkan keluarga dan orang sekitarnya? Dibalut kisah cinta, keduanya mencari diri dan cinta yang mereka inginkan.

Menyerah dan realistis itu beda tipis. Itulah konflik yang saya tangkap dari film garapan Hanung Bramantyo ini, Perahu Kertas. Film ini diadaptasi dari novel Dewi Lestari yang berjudul sama. Dalam masyarakat yang majemuk dan tuntutan keluarga, kadang kehendak pribadi sering dikorbankan. Perahu Kertas mengingatkan bahwa masing-masing pribadi pasti mempunyai mimpi masa kecil atau keinginan terpendam atau apapun kita menyebutnya, yang suatu hari akan terwujud dengan jalannya sendiri. Lain dari itu, Hanung Bramantyo berhasil membuat saya ingin mengunjungi Bandung dan Bali, suatu hari nanti. Seperti Perahu, cinta dan kita, tahu kapan harus berlabuh.


0 comments:

About This Blog

There are what I do, see, feel, think, and dream. Enjoy it!

wishlist

Kerja di Jepang, Belanda/Paris/Italy; sepeda ontel yang keren; punya buku sendiri.
free counters

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
@nikenkd / process engineer / interested in process technology and nanotechnology / book addict / loves tea / likes shoots

  © Free Blogger Templates 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP