sepanjang kereta
Sore itu menjelang kepergianku ke Jakarta setelah melihat senyum Ibu di rumah, aku sangat mengharap kehadiranmu sekali lagi sebelum aku pergi. Meski siangnya kita sudah saling bercerita bersama keluargaku, aku masih ingin sekali lagi memelukmu. Maka, aku menunggumu didepan stasiun kereta api pasar turi dengan penuh harap. Tak kunjung berjumpa denganmu, kucari engkau lewat telepon genggammu. Betapa terkejutnya aku, ketika engkau ternyata salah berada di stasiun yang lain. Bukan hanya setitik air menetes di ujung mataku tapi juga rasa sesak di dada ini menyiksaku. Ah seharusnya engkau tau bahwa aku harus berangkat dari stasiun pasar turi. Buru-buru aku naik ke gerbong kereta tempatku duduk dan ingin aku menangis kecewa untuk hal yang satu ini. Di tengah usaha menerima kenyataan tak manis ini, aku menerima teleponmu yang sedang berusaha tiba ke stasiun pasar turi sebelum keretaku berangkat.
Mungkin Tuhan sudah hapal benar tentang kita, tidak biasanya keretaku mengalami keterlambatan. Dengan suara terengah-engah dari ujung telepon, kulihat engkau berlari dari jauh mendekatiku. Dan dalam batin, aku hanya mampu berucap dengan yakin, Tuhan, aku begitu mencintainya. Usahamu memperbaiki kelalaianmu berbuah, aku tersenyum dan cepat-cepat memelukmu.
Melihatmu bercerita kedodolanmu dan usahamu tiba ke stasiun pasar turi, aku hanya mampu tersenyum sambil terus menggegam tanganmu. Untuk kesekian kalinya, aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu, melebihi panjangnya keretaku kali ini.
Sta. Pasar Turi, Mei 2011
2 comments:
Cieee.... "aku mencintaimu melebihi panjangnya keretaku kali ini" like this..
*malu tersipu-sipu*
Post a Comment