Nita Aartsen: Klasik Romantik
Musik klasik adalah cinta pertama Nita Aartsen, pianis yang menyelesaikan studi di The Moscow Conservatory. Musik klasik itu juga yang membawanya berjumpa dengan berbagai genre lain: jazz, pop, swing, etnik bahkan jazz latin. Selama 35 tahun menekuni musik, cintanya pada musik klasik tak pernah berubah. Pada pertunjukan Jazz Buzz sabtu kemarin di Salihara, ia mempertemukan yang klasik dan modern. Tak hanya modern tapi juga etnik. Sebuah komposisi yang menarik.
Maka malam itu, The Turkish March karya Mozart dan Fur Elise karya Beethoven begitu indah dibawakan bersama Jalu G. Praditia (perkusi etnik) dan Adi Darmawan (bass). Bukan cuma menampilkan klasik, nuansa jazz latin yang bergairah, nuansa etnik dari tabuhan kendang menyatu dengan asyik pada komposisi itu. Nuansa romantis berhasil dihadirkan lewat komposisi Air on G String, Minuet in G Major dan Prelude XV in G Major karya Bach. Bersama Arif Dharma, Nita Aartsen bernyanyi. Klasik, jazzy dan romantis. Selain itu, Nita Aartsen juga membawakan karya Schubert, Schumman. Dan di akhir pertunjukkan, bersama gitaris kawakan Donny Suhendra ia memainkan Symphony No. 40, komposisi yang hadir di album terbarunya Dancing Soul. Sebuah permainan yang mengunang decak kagum dari para penonton.
Bagi Nita Aarsten, yang klasik tetap hidup dalam darahnya. Dalam kekayaan bermusik, ia mengolah yang klasik itu sebagai bentuk tarian jiwanya. Nita Aartsen menunjukkan bahwa dalam musik, jiwa manusia merasakan bahkan menemukan kedamaian. Kedamaian yang membawa kebahagiaan. Musik itulah membawa pesan cinta bagi manusia-manusia yang lelah dan terjebak dalam kehidupan modern. Sehingga bukan hanya puisi, musik klasik pun juga romantis.
Maka malam itu, The Turkish March karya Mozart dan Fur Elise karya Beethoven begitu indah dibawakan bersama Jalu G. Praditia (perkusi etnik) dan Adi Darmawan (bass). Bukan cuma menampilkan klasik, nuansa jazz latin yang bergairah, nuansa etnik dari tabuhan kendang menyatu dengan asyik pada komposisi itu. Nuansa romantis berhasil dihadirkan lewat komposisi Air on G String, Minuet in G Major dan Prelude XV in G Major karya Bach. Bersama Arif Dharma, Nita Aartsen bernyanyi. Klasik, jazzy dan romantis. Selain itu, Nita Aartsen juga membawakan karya Schubert, Schumman. Dan di akhir pertunjukkan, bersama gitaris kawakan Donny Suhendra ia memainkan Symphony No. 40, komposisi yang hadir di album terbarunya Dancing Soul. Sebuah permainan yang mengunang decak kagum dari para penonton.
Bagi Nita Aarsten, yang klasik tetap hidup dalam darahnya. Dalam kekayaan bermusik, ia mengolah yang klasik itu sebagai bentuk tarian jiwanya. Nita Aartsen menunjukkan bahwa dalam musik, jiwa manusia merasakan bahkan menemukan kedamaian. Kedamaian yang membawa kebahagiaan. Musik itulah membawa pesan cinta bagi manusia-manusia yang lelah dan terjebak dalam kehidupan modern. Sehingga bukan hanya puisi, musik klasik pun juga romantis.
0 comments:
Post a Comment