Tuesday, July 16, 2013

Ariah dan Jakarta

Ariah, seorang perempuan Betawi tak mau menyerah pada nasib yang mengharuskannya dinikahi Tuan Mandor. Lebih baik hidup susah dari pada hidup bergelimang harta namun tak punya kebebasan. Maka, ia hidup bersama Ibunya dan kakak perempuannya dalam keterbatasan ekonomi. Kala itu, saat Tuan Tanah semena-mena pada rakyat, Ariah ikut berteriak dan berjuang menuntut keadilan. Ia yang seorang perempuan belajar silat, ilmu bela diri asli Betawi. Ia jatuh cinta pada guru silatnya, Juki. Namun penguasa bisa melakukan apa saja, ia memisahkan Ariah dan Juki. Tak bisa mendapatkan Ariah, Tuan Mandor menyuruh anak buahnya untuk menghabisi Ariah. Dan sekali lagi, Ariah tidak menyerah, ia memilih bertarung habis-habisan dari pada dinodai harga dirinya. Ariah pun mati dengan mulia mempertahankan harga dirinya.

Kisah perempuan memang tak pernah habis. Perjuangannya melawan tradisi dan mempertahankan harga diri menjadi hal yang menarik dan aktual juga dalam kehidupan sekarang ini. Dari sutradara Matah Ati yang menuai kesuksesan, Atilah Soeryadjaya mengangkat kehidupan Ariah dalam panggung spektakular di Monas Juni lalu. Bersama Jay Subiakto sebagai penata panggung dan Erwin Gutawa sebagai penata musik, sebuah pentas tari kolosal Ariah benar-benar memukau. Dipentaskan lebih dari 200 penari dalam sebuah panggung dengan kemiringan 45 derajat, berlatar belakang Monas, monumen tertinggi di Indonesia, pertunjukan Ariah ini menuai banyak pujian dan tepuk tangan. Buah dari kerja keras bersama.
Sebagai acara puncak HUT Jakarta, pertunjukan Ariah di Monas ini memang disetting sebagai pesta rakyat. Tiket lesehan di depan panggung diberikan cuma-cuma kepada warga Jakarta. Monas, sebagai tempat pertunjukan dipilih karena Monas adalah ikon kota Jakarta, milik semua warga Jakarta. Semua ini tak lepas dari ide sederhana Jokowi yang menginginkan keguyuban masyarakat Jakarta merayakan ulang tahun kotanya di Monas, lambang kesederhanaan dan persatuan. Bukan di convention center atau gedung pertunjukan, melainkan sebuah ruang terbuka. Briliant! 

Pertunjukan yang bagus dan bermutu biasanya dijual dengan harga tiket yang cukup mahal dan digelar di gedung pertunjukan. Namun, Ariah, digelar di ruang terbuka. Yang mampu membeli tiket duduk di bangku penonton dan disediakan tiket lesehan bagi warga Jakarta gratis. Karena semua lapisan masyarakat juga berhak mendapat tontonan bermutu, seperti pertunjukan Ariah ini.

Begitulah saya sebagai pendatang di Jakarta, merasakan sebuah perayaan budaya. Jakarta, sebuah Indonesia kecil yang masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, agama dan latar belakang, menjadi cerminan bangsa Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika. Orang-orang Betawi, orang asli Jakarta mengajak warga untuk rukun dengan sesamanya dari berasal dari suku-suku lain. Sebuah harapan bersama Indonesia agar masyarakatnya rukun dan damai dalam kehidupan yang beragam ini.

1 comments:

krismariana August 27, 2013 at 10:20 AM  

wah, sempat nonton ini ya? dulu saya cuma nonton Matah Ati. waktu itu sempat terpikir mau nonton ini juga, tapi agak malas karena membayangkan berdesak-desakan. semoga kapan-kapan bisa nonton garapan Bu Attilah lagi.

About This Blog

There are what I do, see, feel, think, and dream. Enjoy it!

wishlist

Kerja di Jepang, Belanda/Paris/Italy; sepeda ontel yang keren; punya buku sendiri.
free counters

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
@nikenkd / process engineer / interested in process technology and nanotechnology / book addict / loves tea / likes shoots

  © Free Blogger Templates 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP