kebenaran dalam fiksi
Fiksi menceritakan kebenaran dengan cara lain.* Begitulah saat saya membaca Burung-Burung Manyar -nya Mangunwijaya dan Besisar Merah -nya Ahmad Tohari. Burung-Burung Manyar terbit pada September 1981. Saat itu Romo Mangun menuliskan situasi beberapa tahun setelah kemerdekaan, pada pemerintahan presiden pertama, saat negara ini membuka diri selebar-lebarnya pada tawaran bantuan dari luar. Setadewa, seorang pribumi yang lahir dari Ibu keturunan Belanda dan Ayah keturunan keraton Jawa Tengah, setelah belajar di negeri Belanda bekerja pada perusahan multinasional bidang perminyakan. Ia menemukan perhitungan yang menguntungkan pihak asing terhadap pengelolaan hasil eksplorasi minyak bumi di wilayah Indonesia. Melalui data-data komputer, Setadewa melihat kecurangan pihak asing dalam perhitungan produksi dan kewajiban pembayaran sharing kepada negara yang memiliki sumur-sumur minyak, yaitu Indonesia. Ketika hendak melaporkan temuan ini kepada pemerintah yang berkuasa saat itu, Setadewa justru diancam dan diberhentikan dari pekerjaan. Ternyata melawan sistem tidak mudah bagi warga negara yang kecil kedudukannya.
Ahmad Tohari menulis Bekisar Merah pada 1993. Dalam novelnya itu, digambarkan seorang penguasa bernama Bambung. Ia mempunyai kedudukan yang tinggi dalam sistem pemerintahan negara ini. Ia memainkan peran dalam menentukan kebijakan-kebijakan pemerintah, membuka pintu bagi rentenir asing, mengatur pihak asing yang mengelola industri perminyakan dan pertambangan, mengatur bagi hasil penjualan, dan sebagainya. Ia yang memberikan ijin bagi perusahan yang ingin mengeksplorasi minyak. Pemberian ijin hanya dilakukan demi keuntungan dan penuh intrik tanpa memikirkan kerugian yang ditanggung negara dan rakyat. Ahmad Tohari menggambarkan adanya orang-orang kalangan atas yang "mengatur" negara ini. Bahwa sistem yang buruk itu sudah menggurita dan hanya perombakan sistem besar-besaran, terencana dengan baik, serta ada kebijakan politik dan dana yang banyak, negeri ini bisa diperbaiki.
Lewat fiksi mereka, bisa kita lihat keprihatinan itu sudah muncul sejak lama dan tindakan-tidakan kalangan atas itu bisa benar adanya. Sebagai seorang engineer dan sedikit mengerti tentang industri perminyakan di Indonesia, saya bisa melihat kebenaran yang disampaikan lewat karya Romo Mangun dan Ahmad Tohari itu. Bagi kita rakyat kecil ini, kebenaran itu butuh disampaikan dengan cara yang berbeda agar semua warga negara ini tahu, negeri ini tidak beres, dan tugas kita untuk memperbaikinya. Kita tak boleh hanya diam, gelisah lah lewat tulisan atau apapun.
*diinsiprasi dari Lalita - Ayu Utami, yang menunjukkan dongeng menceritakan kebenaran dengan cara berbeda.
0 comments:
Post a Comment