Buku (tentang) Negarawan
Di bagian depan toko buku, beberapa waktu ini dipenuhi buku-buku biografi seorang tokoh. Dengan sampul depan wajah mereka yang sederhana dan judul yang menarik simpati, diharapkan mampu menarik minat pembaca untuk membeli. Ditulis oleh seorang ghostwriter, yang artinya ditulis oleh orang lain yang paham akan kisah hidupnya. Dipenuhi beberapa gambar citra dirinya, perjalanan hidup menuju kesuksesannya sekarang. Buku-buku otobiografi memang menjadi lahan yang menjual di tengah semaraknya pesta demokrasi pemilihan gubernur dan presiden nanti. Menjual diri agar dipilih saat pemilihan dan penerbit pun menjual pesanan.
Sementara pada masanya, Soekarno menulis Di Bawah Bendera Revolusi, Hatta banyak menulis tentang pergerakan dan kemerdekaan bangsa di berbagai media. Sjahrir ternyata juga menulis beberapa buku diantaranya Perjuangan Kita. Demikian juga Tan Malaka, tulisannya Naar de Republiek Indonesia menjadi penanda bentuk negara kita. Negarawan kita selain ahli dalam berpolitik, ternyata senang membaca dan menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam tulisan. Mereka menulis pemikirannya sendiri dan rakyat dapat menangkap gagasan pergerakan, perjuangan kemerdekaan dan kehidupan bernegara.
Sedang kini, jaman pencitraan, dimana para negarawan cuma bisa bicara, berpidato tulisan yang sudah disiapkan staf ahli, turun ke jalan menyapa rakyat dengan alasan menampung aspirasi tanpa menuangkan gagasan dan pemikiran untuk kemajuan negara. Bukan buku buah pemikiran melainkan album lagu ciptaan yang dilahirkan. Rakyat hanya disuguhi hiburan, maka negarawan tak ada bedanya dengan artis. Dan saya tidak rela negara ini dipimpin oleh pemimpin yang jarang membaca dan menulis. Membacalah dan pertemukanlah gagasan dalam tulisan.
0 comments:
Post a Comment