Dedendangan Melayu
Dian HP dalam Dedendangan |
Mendengar kata Melayu, biasanya saya, mungkin juga kita, berasosiasi pada suatu negara tertentu. Bukan salah, tapi kurang tepat. Melayu adalah rumpun bangsa Asia Tenggara. Indonesia termasuk diantaranya. Maka khasanah musik Melayu mengalun mengikuti peradaban bangsa kita. Di Kalimantan Timur, Kutai tepatnya, dan beberapa daerah di Sumatera adalah daerah yang menumbuhkan dan melestarikan musik Melayu. Bagi saya sendiri mendengarkan musik Melayu bukan kebiasaan dan kesukaan saya. Kekhasan musik Melayu adalah cengkok-cengkok nada yang sangat sering dijumpai dan syairnya yang kebanyakan adalah pantun.
Dan malam kemarin di Salihara, Dian HP dan Ubiet berserta beberapa musisi lain menyuguhkan musik Melayu yang asyik dan menyegarkan. Dian HP membuat komposisi indah musik Melayu yang bersentuhan dengan modernitas. Dengan piano dan akordeonnya, ia memberi warna segar pada musik Melayu. Tabuhan gendang melayu dan suling adalah ciri khas musik Melayu, ditambah cello dan bass elektrik, musik Melayu kini naik kelas. Puisi-puisi karya Nirwan Dewanto dan Sitok Srengenge menjadi syair yang indah dan kaya makna dalam dedendangan semalam. Ubiet, penyanyi dan etnomusikolog membawakan dendangan musik Melayu dengan sempurna. Semua musisi tampil sederhana dengan gaya bermain musik yang lempeng namun memukau. Tak kalah asyik, Black Bird-nya The Beatles dibawakan dalam nuasa Melayu yang rancak dan sarat Indonesia. Begitulah apapun yang berasal dari luar budaya bangsa, seperti makanan dan juga musik mampu dihadirkan dalam khasanah budaya lokal. Dan kreativitas mampu menghadirkan kesegaran dalam hal-hal yang terlihat biasa saja.
0 comments:
Post a Comment