Tantri, Perempuan yang Bercerita
Tidak seperti biasanya buku setebal 362 halaman ini habis saya baca dalam kurun waktu kurang dari dua minggu. Buku karya Cok Sawitri ini (lagi-lagi) saya dapatkan dari Abang tercinta. Tidak biasa pula ia memilih buku seperti ini, biasanya berupa materi pembinaan atau pelatihan ini itu. Cerita seorang perempuan yang mendongeng fabel, itu yang membuatnya tertarik membelinya, kilahnya. Maka kira-kira antusiasme baca saya dapatkan dari situ, buku tentang dongeng fabel, hasil pilihan Abang pula. Cok Sawitri, penulis perempuan asal Bali, lekat dengan kebudayaan Hindu - Bali, dan inilah perkenalan pertama saya dengan karyanya.
Tantri, putri seorang patih, mampu meluluhkan kegundahan hati seorang raja melalui kepiawaiannya bercerita. Bagaimana bisa dengan mendengarkan dan merenungkan cerita-cerita Tantri, seorang raja bisa mengambil keputusan untuk kebijakan-kebijakan rakyatnya? Tantri menunjukkan bahwa fabel, dongeng tentang binatang, ternyata mempunyai nilai-nilai kehidupan berupa kepemimpinan, kejujuran, cinta kasih, ketulusan, dlsb.
Dongeng, yang sering dilupakan, bahkan dianggap tidak relevan lagi pada masa kini, ternyata masih mampu memberi nilai-nilai yang baik tentang hidup. Binatang-binatang dihidupkan sebagaimana manusia yang dapat berbicara, berpikir cerdik ataupun mendendam. Cok Sawitri menuliskan sastra lisan yang dulu ia pernah dengar dari orang tua ataupun pendahulunya ke dalam fragmen-fragmen novel Tantri ini. Pastinya ia berharap, juga saya, sastra lisan itu, dongeng, tetap lestari.
PS. Maka Abang, aku tidak hanya meminta salah satu anak perempuan kita diberi nama Tantri, tapi aku ingin setiap malam kita bergantian menyampaikan sastra lisan itu kepada anak-anak kita.
0 comments:
Post a Comment