Tuesday, September 13, 2011

filosofi madumongso

Meski saya tidak ikut merayakan Idul Fitri, saya tetap ikut ritual mudik. Maka seminggu libur lebaran kemarin saya pulang ke rumah saya di Surabaya. Sempat sebel karna Hari Idul Fitri harus mundur sehari dan itu berarti waktu incip-incip kue lebaran juga harus mundur. Karena banyak saudara dan kenalan orang tua saya merayakan Idul Fitri, maka kami sekeluarga pun bersilahturahmi mengunjungi rumah-rumah mereka. Dan yang paling saya suka adalah saat incip-incip kue-kue lebaran. Di perhentian pertama, saya sudah menemukan madumongso. Sebelumnya madumongso bukan sesuatu yang istimewa bagi saya, tapi karna Abang selalu ingat makanan ini saat Idul Fitri, saya jadi kepikiran untuk menghayati makanan ini.

Madumongso adalah jajanan manis dari tape ketan hitam yang diolah menggunakan santan hingga kalis memadat. Biasanya madumongso dibungkus dengan kertas warna-warni meyerupai permen. Rasanya yang manis dan teksturnya yang lengket itu memiliki filosofi tersendiri. Madumongso selalu hadir ditengah kue-kue lebaran yang modern. Meski kuno, madumongso tak kalah laris diserbu anak-anak maupun orang dewasa. Kehadiran madumongso di tengah hari kemenangan itu mampu memberi suasana yang manis dan teksturnya yang lengket melambangkan silahturahmi yang terjalin antar sesama.


*semoga kita bisa makan dan menghayati madumongso bersama ya Bang :)

0 comments:

About This Blog

There are what I do, see, feel, think, and dream. Enjoy it!

wishlist

Kerja di Jepang, Belanda/Paris/Italy; sepeda ontel yang keren; punya buku sendiri.
free counters

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
@nikenkd / process engineer / interested in process technology and nanotechnology / book addict / loves tea / likes shoots

  © Free Blogger Templates 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP