Thursday, August 11, 2011

Sindhunata dan Nasionalisme

Membaca kembali karya Sindhunata, Anak Bajang menggiring Angin, membuat saya berpikir kembali tentang rasa nasionalisme. Mumpung bulan ini bangsa saya berulang tahun dan saat yang tepat bagi saya untuk berefleksi atas kemerdekaan bangsa ini. Tiga bersaudara Rahwana, Kumbakarna dan Wibisana dalam kisah Ramayana merupakan tokoh menarik untuk dicermati. Sebagai saudara sekandung mereka bertiga benar-benar berbeda. Bukan hanya fisiknya, tapi juga rasa nasionalisme-nya. Rahwana, seorang raksasa, berkepala sepuluh (dasamuka), si sulung, memiliki perangai yang jahat, semua kejahatan, nafsu dan keserakahan ada padanya. Pernah ia meminta kepada Dewa agar ia mati saja, supaya tidak mencelakakan orang banyak. Tetapi, Dewa menghendaki agar ia tetap hidup supaya kehidupan ini berjalan seimbang ada yang buruk dan baik. Begitulah ia hidup dalam nafsu dunia yang serakah. Rahwana ingin memiliki semua wanita cantik dan berkuasa di negeri Alengka. Kumbakarna, adiknya juga seorang raksasa yang sukanya tidur dan makan, ia memillih hidup di hutan dan tidak pernah mempersoalkan apa yang dilakukan kakaknya. Yang ketiga, Wibisana, satu-satunya saudara yang berwujud manusia, ia gagah, pandai bertarung dan bijaksana, ia tidak suka akan perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan kakak sulungnya.

Alkisah, saat Rama datang hendak menghancurkan Alengka bersama bala tentara kera, tiga saudara itu memilih jalannya masing-masing. Rahwana yang jahat bersama pasukannya bertempur melawan bala tentara kera yang hendak me-luluhlantak-kan negeri Alengka. Kumbakarna yang selalu tidur pun akhirnya bangun. Ia tahu kejahatan apa saja yang dilakukan kakaknya dan menyadari mungkin negerinya akan hancur oleh Rama dan pasukannya. Di tengah kekacauan itu juga kesadaran bahwa Rahwana memang ditakdirkan kalah oleh Rama, Kumbakarna tetap lantang membela bangsanya, negeri yang melahirkan dan membesarkannya, sampai titik darah penghabisan. Berbeda dengan Kumbakarna, Wibisana yang bijak, memilih berpihak pada Rama, ia ikut bersama bala tentara kera menghancurkan Alengka dan melawan Rahwana, kakaknya sendiri. Bagi Wibisana, kebenaran harus ditegakkan, kejahatan harus dikalahkan. Maka ia berjuang untuk itu sekalipun harus tidak 'setia' pada negerinya.

Kita tahu bahwa bangsa ini, Indonesia, masih jauh dari baik. Pemerintahan, birokasi, perekonomian, social culture, moral, dan banyak hal lagi yang harus terus dibenahi. Kita sudah banyak tahu betapa bobroknya bangsa ini. Tapi bagi saya yang telah diberikannya kehidupan, Indonesia, adalah tempat terbaik. Apapun yang terjadi pada bangsa ini, saya tetap 'setia', seperti Kumbakarna. Tinggal bagaimana saya mewujudkan kesetiaan itu. Dengan nasionalisme dan optimisme akan kehidupan yang lebih baik, saya berjuang untuk negeri ini.

PS : terimakasih Bang untuk buku yang luar biasa itu :)

0 comments:

About This Blog

There are what I do, see, feel, think, and dream. Enjoy it!

wishlist

Kerja di Jepang, Belanda/Paris/Italy; sepeda ontel yang keren; punya buku sendiri.
free counters

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
@nikenkd / process engineer / interested in process technology and nanotechnology / book addict / loves tea / likes shoots

  © Free Blogger Templates 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP