dear,
Abang,
Aku sudah selesai menikmati karya Kurnia Effendi yang lain, kali ini kumpulan cerpen cinta, Burung kolibri Merah Dadu. Aku membacanya dalam perjalanan di kereta dari Surabaya menuju Jakarta, setelah insiden salah stasiun waktu itu. Tak henti-hentinya aku tersenyum menggagumi tulisan Kurnia Effendi yang bertema cinta itu. Bukan kisah cinta seperti kebanyakan, melainkan cinta yang sederhana, mendalam dan membekas. Seperti biasanya dengan kelembutan ia menulis, dan dari tulisannya ia yakin di negeri ini cinta belum berakhir. Lagi-lagi, ia mengajakku memasuki deretaan kata santun nan kalem penuh makna. Maka, jangan heran aku jatuh cinta bukan hanya pada (tulisan)nya melainkan juga tokohnya.
Abang,
Mungkin aku tak bisa menerbangkan burung kolibri merah dadu untukmu hingga kaucuri sepasang bintang dari tatapannya yang amat cemerlang, seperti puisi yang dituliskan Kurnia Effendi dalam cerpennya, Burung Kolibri Merah Dadu. Atau mungkin membawakanmu seikat edelweis dari gunung papandayan, seperti yang diceritakan Kurnia Effendi dalam Tiga Ribu Kaki di Atas Bandung. Bahkan, aku belum bisa mengajakmu menyusuri jalan-jalan kenangan kita, seperti Jalan Braga pada Sepanjang Braga. Tapi yakinlah, bahwa cintaku takkan pernah habis dan denganmu aku ingin merangkai cerita cinta hingga berlembar-lembar lalu kita bacakan pada anak-anak kita.
2 comments:
jadi penasaran sma cerpennya kurnia effendi...
yuk mari baca :)
Post a Comment