Sebentar di Jogja
Tanggal sembilan belas bulan itu, dengan satu tas koper dan sekresek roti boy, engkau muncul dari kejauhan. Matamu melirik kanan kiri mencari-cari sesosok perempuan diantara kerumunan penjemput di bandara Adi Sucipto. Aku menghampirimu dengan malu-malu diantara perasaan capek menunggu. Aku tak berani menayakan kabarmu. Aku terlalu malu setelah 55 malam minggu kita tak bertatap muka. Engkau sibuk bertanya bagaimana kabarku, hasil kuliahku hingga teman-temanku. Ah, engkau masih tetap seperti dulu menyelidik bagai satpam hidupku, siapa saja yang dekat denganku, apa saja yang aku lakukan.Berdua kita susuri Jogja petang itu dengan plat AB, roda dua. Dimana-mana plat AB lalu lampu-lampu kota mulai dinyalakan dan kudapati punggungmu di depanku. Runaway, sebentar di Jogja, kita berdua.
0 comments:
Post a Comment