Sunday, April 19, 2015

Iman Dalam Bahasa Jawa

Tinggal di kota Jogjakarta sudah menjadi bayangan saya sejak dulu. Maka kini tak salah jika akhirnya orang tua saya memutuskan tinggal di kota sederhana ini setelah habis masa produktif kerja. Bukan lagi Surabaya tempat saya pulang, melainkan Jogjakarta. Demikian juga Paskah kali ini, saya mudik ke Jogjakarta untuk pertama kalinya. 

Bersama orang tua dan budhe-pakdhe-sepupu-keponakan saya mengikuti rangkaian Tri Hari Suci menuju Paskah di Ganjuran, Bantul. Sambil menghayati misteri Paskah saya merasakan kesederhanaan warga Ganjuran, Bantul. Orang-orang lanjut usia rela berjalan menuju gereja mengenakan kebaya yang jauh dari modern. Senyum dan sapaan khas Jawa terasa hangat antar warga gereja. Para petugas liturgi mengenakan pakaian khas Jawa lengkap dengan blankonnya. Perayaan ekaristi diiringi dengan gamelan dan mengunakan bahasa pengantar bahasa Jawa.

Ah, rasanya seperti mengikuti misa bahasa Jepang kapan lalu, barangkali saya tak perlu tahu artinya melainkan mengikuti misa dengan khidmat. Salah satu yang menarik rasa ingin tau saya adalah kata 'pengandel'. Setelah bertanya kepada ayah saya artinya, saya baru mengerti bahwa kata iman di-bahasa-jawa-kan menjadi 'pengandel'. memang tidak semua kata dalam bahasa Indonesia langsung diterjemahkan dalam bahasa Jawa. Ada makna dalam setiap terjemahan itu.

Pengandel berasal dari kata dasar kendel yang berarti berani. Jauh dari terjemahan kata iman. Kendel dalam bahasa Indonesia berarti berani. Makan pengandel mempunyai arti yang membuat berani. Meski dulu saat kecil pernah mengikuti bahasa Jawa, saya masih sangat cupu dalam perbendaharaan bahasa Jawa dalam liturgi gereja. Rama Kawula saja masih belum hapal, kalah dengan keponakan saya yang masih SD.

Iman barangkali membuat seseorang menjadi berani. Setidaknya bagi para murid yang ditinggalkan Yesus karena harus wafat di salib lalu bangkit. Para murid dengan imannya percaya bahwa Yesus bangkit dari mati dan tetap menyertai mereka dengan cara baru. Dan inilah yang membuat para murid berani dan tidak lagi mengunci pintu rapat-rapat setelah Yesus yang bangkit menampakan diri di tengah para murid.

Saya kemudian (agak) paham mengapa iman di-bahasa-jawa-kan menjadi pengandel. Lalu masih haruskah saya takut bulan depan bisa bayar cicilan rumah atau tidak, bulan depannya lagi bisa beli tiket mudik lebaran atau tidak, besok kerjaan saya bisa beres atau tidak. Iman yang dipunyai para murid itu kini menjadi tinggal dalam diri saya. Iman bahwa Yesus yang bangkit menyertai dengan cara baru.

Ah, kangen misa bahasa Jawa lagi.
 

1 comments:

Unknown April 23, 2015 at 8:28 PM  

Selamat Paskah Mbak Deta :D

About This Blog

There are what I do, see, feel, think, and dream. Enjoy it!

wishlist

Kerja di Jepang, Belanda/Paris/Italy; sepeda ontel yang keren; punya buku sendiri.
free counters

About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
@nikenkd / process engineer / interested in process technology and nanotechnology / book addict / loves tea / likes shoots

  © Free Blogger Templates 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP