tag:blogger.com,1999:blog-46531606806868550782024-03-19T15:47:07.593+07:00nikenisherenikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.comBlogger604125tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-21524352662047116172022-01-18T13:42:00.006+07:002022-02-23T04:33:59.992+07:00Musim Dingin dan Desolasi<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjUdIdXW2-CD2hz_fhp28rBWieZdi__igu1VJQ5rr_3eu1NLYdKM-ss8BDA-mUKb03depXjJB0Y6QiEEhZNenmFF_M37wRAZpmgwEFA872KrVEjhUFtjdFD6lXYIsuAq0gq5OcJsnhmlGIVcUTC4XP-YV-6rqch8R9cwkH0s2H7uetFpZRCgeiyfzFw=s5853" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3902" data-original-width="5853" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjUdIdXW2-CD2hz_fhp28rBWieZdi__igu1VJQ5rr_3eu1NLYdKM-ss8BDA-mUKb03depXjJB0Y6QiEEhZNenmFF_M37wRAZpmgwEFA872KrVEjhUFtjdFD6lXYIsuAq0gq5OcJsnhmlGIVcUTC4XP-YV-6rqch8R9cwkH0s2H7uetFpZRCgeiyfzFw=w400-h266" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;">Meski kali ini bukan musim dingin pertama saya di Jepang, tapi baru tahun ini saya sangat merasa kedinginan hampir sepanjang hari. Awalnya saya pikir karena saya baru kembali dari mudik ke Indonesia, sehingga perubahan temperature yang drastis membuat saya merasa kedinginan. Temperature ruangan pun sudah diatur sama dengan temperature tropis tapi saya tetap merasa kedinginan. Kemudian saya pikir mungkin ini karena perubahan mendadak setelah mudik ke rumah bisa berkumpul dengan orang tua, adik dan 2 keponakan yang membuat hari-hari riuh ramai kemudian kembali harus berjuang sendiri di Jepang. Ditambah karantina lagi jadi belum bebas jalan-jalan keluar. Sudah satu minggu berlalu dan saya masih sering mengeluh kedinginan. Rasa-rasanya saya sudah mengumpulkan semua alasan masuk akal yang membuat saya kedinginan. Masalahnya kini bukan cuma kedinginan, tapi lama kelamaan merembet menjadi alasan lain. Karena takut kedinginan saya malas mandi, malas beranjak dari bawah selimut, malas bangun pagi, malas berdoa (meski sebenarnya bukan sejak kedinginan), malas makan, malas pake lotion padahal kulit kering karena dingin. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seminggu sudah berlangsung "alasan" kedinginan karena musim dingin. Dari masuk akal menjadi kurang masuk akal. Saya mengingat kembali perasaan-perasaan yang muncul itu lalu tersadar akan suasana desolasi yang pernah saya alamai sebelumnya. Desolasi atau dalam bahasa kerennya <i>desolation</i>, adalah keadaan dimana diri ini menjauh dari Tuhan, lingkungan sekitar bahkan diri sendiri. Karena itu, munculah perasaan dingin dan kering, seperti di tengah padang pasir. Sementara itu, lawannya yaitu <i>consolation</i> adalah keadaan yang penuh gairah, <i>excitement</i>, <i>lively</i>, sehingga hati dan hidup dipenuhi sukacita dan kehangatan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Musim dingin yang tak punya salah apa-apa terpaksa saya kambing hitamkan. Lekas-lekas saya mandi air hangat dan minum teh manis hangat. Dingin memang makin terasa di musim dingin tapi ada banyak pilihan menjadi hangat, termasuk pilihan dari diri sendiri dan berkat dari Tuhan berupa <i>consolation</i>. </div>nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-922643460843609892021-04-18T17:41:00.003+07:002021-04-22T09:05:13.183+07:00Tidak Ada L dalam Bahasa Jepang<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP-hYRW-i9csItOBNaXAetLj5JlSEy9klDF-V_uMCQ4h1TpbKU9uJpi1y0aKG4fPJea2wazkOFMhlTvd0Tejju_vaplDShVxkp1X6Fa2ZnhVJXBFYAwIof0rxG-pn8mzGBE2JkrT549vE/s2048/IMG_4186.JPG" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP-hYRW-i9csItOBNaXAetLj5JlSEy9klDF-V_uMCQ4h1TpbKU9uJpi1y0aKG4fPJea2wazkOFMhlTvd0Tejju_vaplDShVxkp1X6Fa2ZnhVJXBFYAwIof0rxG-pn8mzGBE2JkrT549vE/s320/IMG_4186.JPG" /></a></div>Setelah sekian puluh bulan di Jepang akhirnya saya baru menyadari bahwa arti bahasa Jepang <i>furi maketto</i> adalah <i>flea market</i> bukan <i>free market</i>. Semula saya pikir <i>furi maketto</i> adalah pasar yang menjual barang secara cuma-cuma, ternyata <i>furi maketto</i> adalah pasar barang-barang bekas layak pakai/guna dan sama sekali tidak cuma-cuma. <i>Flea market</i> diserap bahasa Jepang menjadi <i>furi maketto</i> karena tidak ada padanan huruf L dalam bahasa Jepang.<p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Bahasa asing diserap oleh bahasa Jepang melalui pengucapannya. Karena hanya ada ra ri ru re ro, maka seluruh kata yang mengandung la li lu le lo otomatis menjadi ra ri ru re ro. Kebanyak orang Jepang sendiri susah membedakan L dan R. Saya menemukan beberapa kesalahan yang lucu seperti papan restoran yang menuliskan <i>Runch</i>, <i>instead of Lunch</i>. Atau <i>Coca Cora</i>, <i>instead of Coca Cola</i>.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Hal-hal demikian membuat saya tak jadi minder kalau pengucapan ataupun susunan bahasa Inggris saya belibet, karena orang Jepang sendiri juga tak sempurna. Sebagai sama-sama negara yang bukan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari, kami saling mengerti. Meski ada banyak hal lain yang kami tidak saling mengerti.</p>nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-63193248100581772322021-02-11T07:07:00.008+07:002021-02-11T07:11:43.488+07:00Syukur<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEhu5zTUdwun4J18a7eoJnVChGGzXLIcxj-1tbYYh81HdAb0swr6o0ZZboEfRftdpF6K-B8RBZlCAqS5RNXRCvwyH2CRBn91WurbXneQ07hRVOGW_ah2-85QAGudYZSPjqzeAAjC5tldE/s1840/FH000017.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1232" data-original-width="1840" height="429" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEhu5zTUdwun4J18a7eoJnVChGGzXLIcxj-1tbYYh81HdAb0swr6o0ZZboEfRftdpF6K-B8RBZlCAqS5RNXRCvwyH2CRBn91WurbXneQ07hRVOGW_ah2-85QAGudYZSPjqzeAAjC5tldE/w640-h429/FH000017.JPG" width="640" /></a></div><p>Postingan ini adalah sebuah ungkapan rasa syukur saya atas hari-hari yang sudah dan akan saya lalui. Saya percaya bahwa ini semua atas kemurahan Tuhan. </p><p><br /></p><p><br /></p><p>Keep believing. Keep the spirit up.</p>nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-64691239920923350952020-09-02T19:39:00.008+07:002021-04-18T17:42:27.558+07:00Di Balik Toilet Yang Transparan<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgblXXdnYhJKPRcEOdwBYg2vQejB9hIUs_ivg69g0TD9mfh1st5YUeNCfS6IpQCS5RsupBVoCoZbjgxVo5qsUT67ygYwx9rt8XZOBKC2-DF19InVZN82R08YaBiQeQP6XE3kAWY-h05geI/s2048/R0004052.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tokyo Toilet Project designed by Shigeru Ban" border="0" data-original-height="1365" data-original-width="2048" height="427" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgblXXdnYhJKPRcEOdwBYg2vQejB9hIUs_ivg69g0TD9mfh1st5YUeNCfS6IpQCS5RsupBVoCoZbjgxVo5qsUT67ygYwx9rt8XZOBKC2-DF19InVZN82R08YaBiQeQP6XE3kAWY-h05geI/w640-h427/R0004052.jpg" title="Tokyo Toilet Project designed by Shigeru Ban" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Masih ingat di benak saya ketika pertama kali tiba di bandara Haneda, Tokyo, Jepang, saya cepat-cepat mencari toilet lalu terkagum-kagum dengan kebersihan dan teknologi toilet di Jepang. Maka setiap pergi ke suatu tempat, saya sengaja menengok toiletnya dan sebagian besar memuaskan. Menjaga toilet bersih dan nyaman bagi siapapun penggunanya adalah tanggung jawab bersama. Pemahaman itulah yang ditanamakan orang Jepang sejak usia dini. Kebiasaan hidup, <i>spirit,</i> juga dibarengi dengan teknologi membuahkan <i>stereotype </i>toilet Jepang yang dikenal canggih, bersih dan nyaman. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beberapa tahun belakang ini, dengan banyaknya penduduk, lebih-lebih pendatang dan faktor baru yang timbul karenanya, juga modernisasi yang membuat orang melalaikan nilai-nilai, toilet pun terkena imbasnya. Meski tidak banyak, di beberapa tempat umum toilet menjadi sesuatu yang menakutkan: gelap, kotor, berbau. Jauh dari nyaman dan aman. Salah satunya toilet di taman publik yang dikenal gelap dan kurang tergaja kebersihannya.</div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">The Tokyo Toilet Project adalah usaha membuat toilet yang nyaman bagi siapapun penggunanya. Salah satu karya Tokyo Toilet Project yang sedang hits saat ini adalah Transparan Toilet karya Shigeru Ban. Menghilangkan gambaran toilet di taman yang gelap dan kotor, Shigeru Ban mendesign toilet dimana penggunanya bisa merasa aman dan nyaman. Dengan dinding yang transparan, calon pengguna toilet bisa memastikan tidak orang yang bersembunyi di dalamnya. Selain itu juga membuat penggunanya memastikan toilet bersih setelah menggunakannya karena akan terlihat dari luar jika tidak bersih. Sementara itu, saat pintu dikunci, dinding toilet akan menjadi opaque/tidak transparan untuk menjaga privasi pengguna.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Inilah karya briliant memadukan teknik arsitektur, design, teknologi dan seni yang juga kaya filosofi dibaliknya. Kalau hidup cuma mampir p*p*s dan b*k*r maka lakukanlah dengan beradab.</p><p><br /></p>nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-74072529103762380862020-07-25T04:05:00.005+07:002020-07-25T04:11:21.132+07:00Normal Baru di Jepang: Kantong Plastik BerbayarTernyata bukan hanya menggunakan masker setiap musim, menjaga jarak fisik dan (lebih) rajin mencuci tangan yang menjadi kehidupan normal baru di Jepang. Sejak tanggal 1 Juli lalu, yang masih dalam masa pandemi Covid-19, Jepang menerapkan kantong plastik berbayar. Meski sebelum diberlakukannya kebijakan ini, beberapa toko dan supermarket sudah memulainya. Kini seluruh supermarket dan toko, mulai <i>konbini</i> hingga <i>street vendor</i>, dari<i> </i>penjual sayur sampai penjual pakaian, wajib menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar. Sebelumnya Jepang dikenal murah hati memberikan kantong plastik bagi konsumennya. Seperti saat berbelanja di supermarket, tak segan mereka akan memberikan beberapa kantong plastik untuk memisahkan barang belanjaan "basah" dan "kering". Kini tak kan lagi dijumpai <i>salaryman</i> di pagi hari dengan kantong plastik kecil berisi teh dan onigiri. Inilah kehidupan normal baru di Jepang.<div><br /></div><div>Jepang termasuk terlambat menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar jika dibandingkan dengan negara lain, termasuk Indonesia. Upaya mengurangi limbah sampah plastik memang dimulai dari mengurangi penggunaannya. Meski di Jepang pembuangan sampah sudah dipisahkan menurut pengolahannya. Jepang sendiri tidak mampu mengolah semua sampah plastik se-negara. Beberapa "dibuang" dalam kontainer ke negara lain. Yang kemudian ujung-ujungnya dibuang ke laut. Masalah sampah plastik adalah masalah besar dunia bagi lingkungan hidup. </div><div><br /></div><div>Maka mulai dari tindakan sederhana membawa tas belanja (<i>eco bag</i>) sendiri saat berbelanja, kita bisa mengurangi masalah besar itu. Selain hemat dan ramah lingkungan, <i>eco bag </i>bisa dijumpai dengan berbagai design yang menarik dan <i>kawaii</i> ala Jepang. Kini kalau belanja, tinggal katakan ke kasirnya "<i>fukuro wa iranai desu</i>". </div>nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-17038264547468244362020-05-17T12:57:00.003+07:002020-07-25T04:06:33.087+07:00Natto: Tempe-nya Jepang<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGQfZdPkeolxgqNNvUfLP1SaLxohSUeN2dVcW1LCqLPqTY-61p_rnQhxm3J3DW8_hzSRzZ9KXalKZJqnC2oFpzd40wiFPhiD6mBifwKpzwxk0Syh18FbR1qfJcn7SHQcrPSvvkxHYlw-A/s1600/WhatsApp+Image+2020-05-17+at+14.56.08.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1599" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGQfZdPkeolxgqNNvUfLP1SaLxohSUeN2dVcW1LCqLPqTY-61p_rnQhxm3J3DW8_hzSRzZ9KXalKZJqnC2oFpzd40wiFPhiD6mBifwKpzwxk0Syh18FbR1qfJcn7SHQcrPSvvkxHYlw-A/s400/WhatsApp+Image+2020-05-17+at+14.56.08.jpeg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">natto dengan nasi hangat</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Butuh setahun lebih untuk bisa makan dan menikmati natto. Itu juga karena rasa kangen makan tempe. Natto adalah makanan dari kacang kedelai yang difermentasi oleh bakteri Bacillus subtilis. Sebagaimana tempe di Indonesia, natto adalah makan fermentasi mengandung protein tinggi dan harganya ramah banget di kantong. Meski sehat dan murah, tak banyak orang menyukai natto, terlebih orang asing. Bagi saya sendiri membutuhkan keberanian untuk mencoba dan menikmati sampai akhirnya kini ketagihan. Bagian yang menantang adalah baunya yang khas dan teksturnya yang lengket.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena natto adalah hasil proses fermentasi, maka natto mengandung bakteri probiotik yang baik untuk pencernaan. Selain itu, natto kaya akan vitamin K yang baik untuk tulang. Natto biasa disajikan dengan nasi hangat sebagai menu sarapan. Kalau makan tempe harus digoreng atau direbus dulu, natto dapat langsung dimakan dengan diaduk bersama <i>soy sauce</i> dan <i>mustard paste</i>. Di kalangan turis, natto jarang dimasukkan dalam kuliner yang wajib dicoba, meski sangat mudah ditemui di mana saja di Jepang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Natto ditemukan secara tidak sengaja saat perang terjadi di Jepang. Para tentara saat itu lupa dan menyadari bahwa kedelai masak yang disimpan di jerami setelah beberapa hari membusuk atau terfermentasi oleh bakteri. Namun karena kedaan darurat perang dan tidak ada lain lagi yang bisa dimakan, para tentara tetap memakannya dan tak disangka rasanya enak. Hingga saat ini beberapa orang Jepang mengkonsumsi natto karena rasanya (yang katanya) enak dan khasiatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan akhir-akhir ini, di tengah pandemi Covid 19, natto dipercaya selain kaya manfaat juga mampu mengingkatan imunitas. Sehingga beberapa waktu lalu natto pun ludes layaknya masker dan <i>toilet paper.</i> Sebagai perantau di tengah pandemi, saya banyak belajar bersama natto, sehat dan selamat adalah yang utama, enak ataupun tidak enak itu cuma soal rasa dan kebiasaan.</div>
<br />
Salam sehat dari Yokohama,<br />
Mei 2020nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-42289752231826281432020-02-01T08:18:00.006+07:002020-02-02T06:17:03.397+07:00Gempa dan Hidup<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK55RL6vmWWWJTAork09EuWqrtRhnhEMBqXh2ATnW0o1zM1pVY1fiUnN05ISiS8nRLjYF23bgdIR2dUar8biIR0fQ8AnRRv-P64IWQeM9bA_oUjQKsqXodEBjwSVXym8657pwnz-cbjVE/s1600/R0000197.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1067" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK55RL6vmWWWJTAork09EuWqrtRhnhEMBqXh2ATnW0o1zM1pVY1fiUnN05ISiS8nRLjYF23bgdIR2dUar8biIR0fQ8AnRRv-P64IWQeM9bA_oUjQKsqXodEBjwSVXym8657pwnz-cbjVE/s640/R0000197.jpg" width="425" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Di tengah tidur nyenyak semalam, saya terbangun karena goyangan gempa. Ternyata memang terjadi gempa berkekuatan 5.3 SR tak jauh dari tempat saya tinggal. Gempa sudah menjadi hal biasa yang terjadi di Jepang. Maka tidak ada suara panik dari tetangga sebelah atau seberang jalanan. Hanya beberapa teman yang terbangun dan mengabarkan di grup <i>whatsapp</i>. Meski hanya 5.3 SR, saya dan beberapa teman terbangun karena merasakan goyangan dari gedung yang kami tinggali ini. Goyangan gedung yang terasa ini karena design gedung-gedung di Jepang yang disesuaikan untuk gempa. Dengan banyaknya gedung-gedung tinggi dan besarnya kemungkinan terjadi gempa, setiap bangunan selalu dipersiapkan untuk segala kemungkinan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya sudah sejak dahulu kala, kuil, menara kuil dan <i>castle</i> tempat pertahanan saat terjadi perang menggunakan prinsip konstruksi yang mempertimbangkan gempa. Kita bisa jumpai dan pelajari saat kita mendatangi kuil dan castle tersebut. Secara umum, konstruksi tradisional Jepang mengandalkan kelenturan bangunan untuk meredam energi gempa, bukan melawan gempa dengan memperkuat kekakuan bangunan. Effect ini dikenal sebagai <i>mass-damper effect</i>. Atau dengan bayangan yang lebih sederhana seperti jelly/agar-agar yang disentuh tangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Prinsip itulah yang juga diaplikasikan pada gedung-gedung perkantoran, mall dan apartemen di Jepang. Saat ada getaran dari dalam perut bumi, gedung justru akan bergoyang mengikuti dan akhirnya meredam energi yang dihasilkan dari getaran tersebut. Barangkali seperti itulah ketika menghadapi arus dan badai kehidupan. Selain punya pondasi (iman dan pengetahuan) yang kuat, manusia harus ikut bergerak bersama getaran/arusnya supaya tetap selamat. Bukan malah memperkuat ketahanan/kekakuan diri. Dari goyangan gempa semalam saya diingatkan tak perlu takut bergerak dan berubah karena dengan itulah bagian dari keselamatan. Bahkan jauh lebih dari itu, manusia dikaruniai <i>keluwesan</i> untuk menjalani kehidupan ini.</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-13842838635103887762020-01-26T19:45:00.000+07:002020-01-31T18:19:46.704+07:00Menghadapi Musim Dingin<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiy43k8DZ9ZyuhEiheihPSvO8HTDEANi7VtGZKQ2LcNl3rpVQXSoVEbEh0-gDgT1Uh_ribt94Q8XvRG8QTKn87evsDmPVRwGoxzUoQLBpNGhsVutv0LiV-Os0MhwaUup1DgK_PYjKJV6UE/s1600/R0002827.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiy43k8DZ9ZyuhEiheihPSvO8HTDEANi7VtGZKQ2LcNl3rpVQXSoVEbEh0-gDgT1Uh_ribt94Q8XvRG8QTKn87evsDmPVRwGoxzUoQLBpNGhsVutv0LiV-Os0MhwaUup1DgK_PYjKJV6UE/s640/R0002827.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">chilling</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai anak tropis, menjalani musim dingin adalah hal yang sangat menantang. Bukan hanya karena <i>temperature</i> yang rendah tapi juga mood-nya. Matahari terbit lebih lambat dan terbenam lebih cepat saat musim dingin. Itu artinya waktu siang hari lebih singkat daripada malam hari. Itu pun kalau ada matahari. Tak jarang awan-awan menggantung menutupi sinar matahari. Sementara curah hujan tidak terlalu besar, namun saat hujan turun, dinginnya bisa membuat air yang turun menjadi butiran es kecil. Hal-hal demikian membuat saya yang besar dan tumbuh dengan curah sinar matahari dan hujan tinggi di negeri tropis menjadi tantangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka tak heran, kebanyakan waktu musim dingin saya habiskan di dalam ruangan: leyeh-leyeh di bawah selimut, membaca buku, makan, tidur, makan lagi. Semua saya lakukan semata untuk menjaga <i>temperature</i> tubuh tetap hangat dan nyaman. Tapi ternyata tidak pada <i>mood</i>, meski berulang kali makan dan memutar lagu bagus. Rupa-rupanya saya tetap butuh udara luar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal menantang lain adalah mengenakan baju yang hangat dan tetap gaya saat musim dingin. <i>Coat </i>dan sepatu <i>boot</i> penahan dingin memang sudah ada di dalam benak, tapi apa daya, lapisan baju hangat dan jaket malah membuat saya tampak seperti <i>buntelan</i> kain. Tetap gaya saat musim dingin kini tinggal khayalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, hal-hal yang menarik pun juga saya alami selama musim dingin. Seperti sunset terjingga sepanjang musim adalah musim dingin. Bahkan penampakan Gunung Fuji paling jelas dan jernih adalah juga saat musim dingin. Saat musim dingin, kelembaban udara rendah yang artinya uap air dalam udara jumlahnya sedikit sehingga memungkinkan spektrum cahaya yang sampai ke bumi lebih baik dan banyak. Ditambah lagi posisi matahari pada sudut tertentu pada saat musim dingin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelembaban rendah ini kadang menyiksa kulit dan tenggorokan, tapi justru membuat saya lebih <i>care</i> pada kulit dan konsumsi air supaya tetap terhidrasi. Yang paling menarik dari kelembaban udara yang rendah ini adalah saya tak pernah bingung mengeringkan baju yang cukup digantung saja seharian atau kerupuk yang tetap <i>crispy</i> meski lupa menutup toples.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata musim dingin <i>enggak</i> melulu <i>gloomy</i> asal bisa mengatur pola hidup yang sehat, segar dan bugar. Makan dan istirahat cukup sambil sesekali menikmati udara dingin luar dan berharap salju turun di Yokohama. Setelah melewati empat musim ini, saya menyadari musim yang paling saya rindukan adalah musim mangga dan musim durian. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2020</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-18769841573709607572019-06-16T08:48:00.001+07:002019-06-24T19:52:10.967+07:00Musim Hujan di JepangTak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni<br />
Dirahasiakannya rintik rindunya<br />
kepada pohon berbunga itu<br />
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni<br />
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya<br />
yang ragu-ragu di jalan itu<br />
Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni<br />
Dibiarkannya yang tak terucap<br />
diserap akar pohon bunga itu<br />
<br />
- Hujan Bulan Juni, Sapardi D. D.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Awal Juni hingga akhir Juli, Jepang memasuki musim hujan atau yang dikenal dengan tsuyu. Tsuyu (baiyu) artinya plum rain karena bersamaan dengan panen buah plum. Musim hujan ini menandai dimulainya musim panas sampai akhir Agustus nanti. Tidak setiap hari turun hujan, tapi hampir setiap hari hujan turun meski hanya sebentar atau lain hari hanya sekedar mendung. Sedangkan bila waktunya hujan, akan sepanjang hari pagi hingga pagi lagi hujan akan terus turun, dengan volume kecil hingga sedang. Curah hujan rata-rata tiap tahun saat musim hujan di Jepang mencapai 167.7 mm. Temperature udara berkisar 17 - 22 derajat Celsius. Sementara saat hari sedang cerah, temperature udara bisa mencapai 28 derajat Celsius.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski hujan tidak sederas di Indonesia, hujan saat berangkat ke kantor adalah hal yang sangat menantang. Seperti kita tahu, orang kantoran Jepang adalah orang-orang dengan pakaian rapi, dan saya terpaksa menjadi (sedikit) lebih rapi. Tapi hujan bisa melunturkan kerapian saya, meski sudah menggunakan payung. Selain basahnya air hujan, tingginya kelembaban menjadi musuh utama saat hujan turun. Nah bagian paling menantang adalah berjalan kaki 1-2 km dari stasiun ke kantor saat hujan. Tak heran beberapa toko saat musim hujan banyak menjual payung, jas hujan, plastik penutup tas, sepatu anti air, yang kerennya di Jepang adalah barang-barang itu tetap terlihat <i>stylish/modis</i> dan <i>kawaii/cute</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Jepang, hujan tak ada romantisme-nya sama sekali seperti puisi Sapardi. Hujan justru membawa suasana kurang menyenangkan: <i>gloomy</i> dan basah. Tapi, di Jepang, life must go on. Hujan ternyata juga membawa berkah tersendiri. Menjelang malam, diskon-diskon makanan jadi maupun mentah datang lebih awal dan lebih banyak. Hal demikian yang ditunggu oleh anak rantau macam saya. Kita harus tetap memang tabah, bijak dan arif dalam keadaan apapun seperti hujan-bulan-Juni-nya Sapardi.</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-83703191869429649052019-06-09T08:30:00.000+07:002019-06-09T08:30:36.931+07:00Individu vs Persona<div style="text-align: justify;">
Orang-orang di Jepang dikenal sebagai orang yang baik dan suka menolong. Tidak hanya ditunjukkan lewat angka kriminalitas yang sangat rendah tapi juga dialami oleh beberapa orang asing saat berkunjung ke Jepang. Jangan heran ketika seorang pelayan toko sepatu memakaikan sepatu calon pembelinya atau seorang kasir membungkuk setelah memberikan struk pembayaran kepada pelanggannya. Dalam banyak aspek kehidupan di Jepang, <i>respect</i> menjadi dasar dalam bertindak dan berinteraksi dengan sesama manusia. Setiap tindakan keputusan sekecil apapun diharapkan tidak melukai/merugikan orang lain dan lingkungan. Ketika hendak menurunkan sandaran kursi bis/kereta, mereka akan meminta ijin/memberi tahu dan juga tidak seenaknya banyak menurunkan sandaran kursi sehingga membuat tidak nyaman orang yang duduk di belakangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam berinteraksi dengan manusia, kita memperlakukan orang lain dengan baik seperti kita memperlakukan kepada diri sendiri. Atau kita berharap orang lain akan memperlakukan kita dengan baik jika juga memperlakukan mereka dengan baik. Kita menyebut orang dalam dalam sebuah sekumpulan orang atau masyarakat sebagai individu. Di individu ini melekat identitas: nama, jenis kelamin, asal, pendidikan, kesukaan, latar belakang, dll. Dalam sosiologis, individu adalah lapisan dasar sistem sosial. Individu dengan kesamaan asal usul disebut keluarga. Individu dengan kesamaan kesukaan/hobby disebut komunitas. Kiranya demikian. Biasanya dalam berinteraksi, kita melihat latar belakang dari individu tersebut. identitas yang melekat pada individu tersebut sering mempengaruhi tindakan interaksi kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbeda dengan individu, Paus Fransiskus pada pesannya di Hari Komunikasi Sedunia pekan lalu, Kita diharapkan memperlakukan orang lain sebagai persona bukan individu. Persona dalam perspektif antropologi berarti pribadi, kepribadian. Persona adalah buah dari pengalaman hidup yang ditunjukan lewat sikap pribadinya. Persona tidak serta merta dilekatkan pada identitas melainkan tumbuh berkembang lewat corak hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah kita seharusnya memperlakukan orang lain sebagi persona bukan sebagai individu. Bukan saya berlaku baik karena orang itu adalah anak pejabat, orang itu orang kaya, dll, dsb. Melaikan karena orang itu adalah sama seperti kita yang juga ingin diperlakukan bukan karena identitas kita tapi karena kita sama-sama manusia yang berjuang menjadi lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai perantau, saya menjadi "liyan", "orang lain" di Jepang, pesan Paus Fransiskus itu sangat relevan bagi kehidupan saya. Saya tidak mau orang memperlakukan saya sebagai individu dari mana saya berasal, melainkan sebagai persona yang juga berjuang/belajar menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PS: Doakan saya kerasan di Jepang ya!</div>
<br />nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-67788150714680898292019-05-19T12:00:00.000+07:002019-05-19T12:02:29.674+07:00Toko Buku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuS3LoOjjs1ajHa-606QYePbc1BdJ4UfbrdB-j6C0My4wdxng3ogmyqOBiqnMLy1vwlc6I5kjSojZzw3zCXFzHSZ8DlXPIjhStiVCVb8GhGIDI2UBY8kfdLYbvS1QIxwqIKg1hEbI2DeA/s1600/DSCF0850-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuS3LoOjjs1ajHa-606QYePbc1BdJ4UfbrdB-j6C0My4wdxng3ogmyqOBiqnMLy1vwlc6I5kjSojZzw3zCXFzHSZ8DlXPIjhStiVCVb8GhGIDI2UBY8kfdLYbvS1QIxwqIKg1hEbI2DeA/s640/DSCF0850-2.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setiap pergi ke suatu tempat, entah baru maupun sering disinggahi, saya selalu menyempatkan diri ke toko buku di daerah tersebut. Demikian juga saat tinggal di Jepang. Meski tidak banyak buku berbahasa Inggris yang dipajang di sebuah toko buku, saya selalu menyempatkan diri untuk sekedar melihat dan membaca sekilas. Tak cuma buku travelling atau novel berbahasa Inggris, saya juga senang berlama-lama di rak-rak buku fotografi dan seni, juga rak bagian buku (resep) makanan/minuman. Di Jepang, kita bebas berlama-lama membaca buku di toko buku. Bahkan di toko buku besar seperti di Ginza Six atau Tsutaya Daikanyama disedikan tempat duduk untuk membaca buku. Sungguh surga kecil di tengah ramainya kota Tokyo. Toko-toko buku yang tidak besar pun tetap asyik disinggahi. Entah karena interriornya menarik ataupun magnet dari buku-buku yang dipajang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pergi ke toko buku bagi saya memang tak pernah mengecewakan. Saya selalu dan pasti menemukan hal baru entah itu dari buku-buku yang saya baca maupun hal-hal kecil yang saya lihat. Oleh karena itu, selain taman, toko buku adalah tempat singgah yang berkesan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu toko buku yang ingin sekali saya kunjungi adalah Shakespare and Company di Paris. Toko buku itu memang sering tampil di adegan beberapa film dan juga menjadi tempat bersejarah para penulis dunia. Tapi lebih dari itu semua, sebuah toko buku adalah tempat selalu asyik untuk dikunjungi.</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-6395166499693037062019-05-06T16:32:00.000+07:002019-05-06T16:32:04.509+07:00Ketinggalan Bis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4mwglwOHaUzRZmPcdtrdrKZtASeHXpKM2JngXGcSZ9tyX_-eXYU6__NOQEmqJZY8hckXfVQbQu9Bf6e1YN6AP8t_HvbZJZfwfQtgjURcmQ-qy56Sv6gw8XhDVuEVdEmIX3qwLuCkzJPg/s1600/IMG_4202.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4mwglwOHaUzRZmPcdtrdrKZtASeHXpKM2JngXGcSZ9tyX_-eXYU6__NOQEmqJZY8hckXfVQbQu9Bf6e1YN6AP8t_HvbZJZfwfQtgjURcmQ-qy56Sv6gw8XhDVuEVdEmIX3qwLuCkzJPg/s400/IMG_4202.JPG" width="300" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba di tempat pemberangkatan kereta/bis/pesawat (jauh) lebih awal adalah kebiasaan saya. Meski sesekali teman mengejek terlalu dini untuk tiba. Tapi begitulah saya lebih tenang menunggu sambil ngemil atau telponan. Lebih-lebih di Jepang, ketika jam keberangkat selalu tepat waktu. Bahkan jika sempat, saya survey ke tempat pemberangkat di hari sebelumnya untuk memastikan tidak salah tempat. Demikian juga saat itu, bis yang membawa saya pulang dari Matsumoto ke Tokyo berangkat 18.20. Saya sudah memastikan terminal keberangkatan hari sebelumnya. Saya pun tiba satu setengah jam lebih awal dengan bekal makanan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil menunggu, saya asyik bertelepon dengan keluarga di rumah dan orang tersayang. Hingga saya melewatkan jam keberangkatan bis. Di terminal bis Martsumoto, dalam ruang tunggu keberangkatan tak ada petugas yang mengumumkan keberangkatan hanya ada layar pemberitauan <i>gate</i> keberangkatan bis. Saking santainya saya malah menunggu di ruang tunggu bukan di <i>gate</i> keberangkatan. Alhasil saya melewatkan bis saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil kaget dan sedih saya mengejar bis yang ternyata sudah pergi dari <i>gate</i> keberangkatan. Kepada petugas penjual tiket pun saya menceritakan keadaan saya. Tiket yang saya beli hangus dan saya harus membeli tiket lagi. Sementara itu 2 bus terdekat dengan jam keberangkatan saya sudah penuh, hanya ada bis yang tida di Tokyo pada tengah malam. Belum termasuk perjalanan saya ke Yokohama, yang mana kereta pasti sudah berhenti beroperasi saat tengah malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam panik pun, tanpa pikir panjang saya lari ke stasiun Matsumoto yang terletak di sebrangnya. Saya mengejar kereta cepat yang berangkat 18.40. Dengan sigap petugas pun membantu saya membelikan tiket lewat <i>vending machine </i>yang harganya hampir dua kali lipat tiket bis. Bagi saya saat itu yang penting bisa pulang sore itu sehingga tiba di Tokyo tidak terlalu malam dan bisa melanjutkan perjalanan ke Yokohama. Barangkali Tuhan sedang ingin bercanda dengan saya saat itu. Setiap perjalanan memang selalu punya cerita, seperti ketinggalan bis kali ini.</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-47498149786395522382019-05-04T09:21:00.000+07:002019-05-06T09:40:48.485+07:00Rejeki Menonton Konser di Jepang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVw74o472Y-R5x8an1tJOh1kXeHIYOyOXM_lNDkMBW3pWhdC9Jg7zuDS0_FjxZGj1C4CxfQade0zVGHPk_thgUWpwFlNDQ1lMZP2SnIcLuRURWPLLClXe211_jrulEiFcfZb5qW-vi7KU/s1600/DSCF9540.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVw74o472Y-R5x8an1tJOh1kXeHIYOyOXM_lNDkMBW3pWhdC9Jg7zuDS0_FjxZGj1C4CxfQade0zVGHPk_thgUWpwFlNDQ1lMZP2SnIcLuRURWPLLClXe211_jrulEiFcfZb5qW-vi7KU/s640/DSCF9540.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sorakan penonton makin bergemuruh saat John Mayer memanggil Ed Sheeran naik ke atas panggung untuk bernyanyi dan bermain gitar bersama. Demikian juga saya. Gemuruh teriakan disertai tepuk tangan seluruh penonton konser John Mayer di Nippon Budokan, Tokyo, 10 April lalu, masih terekam jelas dalam memori saya. Bahkan saya sempat merinding takjub ketika keduanya bernyanyi dan beradu gitar. Saya tak henti-henti bersyukur pada Tuhan yang menciptakan keindahan lewat dua orang tersebut. Sudah puas dengan penampilan John Mayer lewat lagu, lirik dan petikan gitarnya, dapat bonus mendengar dan menyaksikan Ed Sheeran juga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang sebenarnya saya ingin sekali menonton konser di Jepang sejak lama, tapi barulah rejeki itu datang kali ini. Menonton konser di Jepang ternyata bukan hanya bermodal waktu dan uang tapi juga keberuntungan. Tiket konser dijual dengan metode undian (lottery). Hanya akun terpilih atau memenangkan undian yang bisa membeli tiket konser. Menurut beberapa artikel, metode undian seperti ini meminimalisir praktek calo. Saya sendiri belum menemukan bagaimananya. Selain akun-akun beruntung seperti konser kali ini adalah saya, ada akun-akun lain yang besar kemungkinan mendapat tiket seperti: akun-akun premium berbayar dan akun-akun komunitas fans sang artis. Akun-akun ini berasosiasi pada platform-platform musik/belanja digital seperti: livenation.com, lawson, e+, dll, dsb. Maka kalau memang punya uang banyak dan suka nonton konser lebih baik ikut menjadi member premium platform tadi. Ada juga web seperti viagogo.com yang menjual beragam tiket konser yang harganya pasti lebih mahal dari harga tiket aslinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak mudah memang menjalani hidup pekerja normal di Jepang yang kesehariannya sibuk lembur. Memonton konser, pertunjukan seni, mengunjungi museum, atau sekedar jalan santai ke taman terdekat adalah sekian cara untuk tetap <i>waras</i> dan menikmati hidup di Jepang.</div>
<div>
<br /></div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-22014630184394845652019-03-17T18:40:00.003+07:002019-03-17T18:46:29.024+07:00Mudahnya Mengurus Paspor di Jepang<div style="text-align: justify;">
Tinggal untuk beberapa waktu di Jepang, tidak meninggalkan hak dan kewajiban kita sebagai WNI. Demikian pula untuk urusan dokumen negara, yaitu perpanjang paspor. Mengalami masa paspor berlaku habis saat tinggal di Jepang adalah sebuah berkah, setidaknya bagi saya begitu. Membayangkan pengurusan paspor di Jakarta saja sudah lelah apalagi menjalaninya. Di Jeoang, semua urusan kenegaraan Republik Indonesia berada di KBRI Tokyo di Meguro. Untungnya jarak Yokohama-Tokyo tidak terlalu jauh dan mudah ditempuh dengan kereta selama 40-50 menit. Dan pasti orang yang datang untuk mengurus aneka dokumen negara tak sebanyak di Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pelayanan untuk pengurusan dokumen negara dibuka pada jam 09.30-14.30. Sementara itu pintu sudah mulai dibuka sejak jam 09.00. Tiba di KBRI, saya masuk di depan ruang pelayanan yang saat itu masih belum buka. Ternyata sudah ada 2 orang lain yang juga akan memperpanjang paspor. Jadi saya mendapat urutan ketiga. Segera setelah pintu ruang pelayanan dibuka, kami segera mengambil nomer urut di mesin pelayanan lalu menunggu panggilan.</div>
<br />
Untuk pengurusan perpanjangan paspor pastikan berkas-berkas berikut sudah terpenuhi:<br />
1. Fotokopi bukti domisili di Jepang/<i>residence card</i> depan dan belakang dalam 1 halaman<br />
2. Fotokopi dokumen keluaran Indonesia seperti akta lahir / KK / Ijazah
<br />
3. Fotokopi dokumen pelengkap seperti kartu mahasiswa / surat keterangan kerja (<i>certificate of employee</i>)<br />
4. 1 lembar pas photo terbaru 4x6<br />
5. Paspor asli dan fotokopi halaman identitas dan alamat dalam 1 halaman<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain dokumen tersebut, pemohon harus mengisi form perpanjangan paspor yang bisa di download di <a href="https://kbritokyo.jp/wp-content/uploads/2018/09/Applikasi-baru.pdf" target="_blank">web KBRI Tokyo</a>. Jika seluruh persyaratan dokumen terpenuhi, proses perpanjangan paspor pun berjalan lancar. Setelah dipanggil oleh petugas dan mengkonfirmasi seluruh data sudah benar, dilanjutkan dengan pengambilan foto untuk paspor dan <i>input </i>sidik jari. Sambil menunggu proses selesai, petugas akan meminta kita membeli tiket pengurusan paspor di mesin otomatis sebesar ¥3200. Lalu petugas akan memberikan bukti tanda terima pembayaran pembuatan paspor. Selesai.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Paspor akan selesai dalam 3 hari. Pemohon bisa mengambil sendiri di KBRI Tokyo atau meminta pihak KBRI mengirimkan ke alamat yang diminta dengan menyertakan <i>letter pack</i> yang mudah dibeli di lawson/sevel/family mart. Demikianlah saya 3 hari kemudian menerima paspor baru saya dengan gembira. Yang akan jadi kenangan adalah akan tertulis tempat dikeluarkan paspor KBRI Tokyo dan halaman alamat akan ditambah alamat di Jepang.
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah mudahnya mengurus paspor di Jepang!</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-11364343495921068412019-02-02T09:00:00.000+07:002019-02-10T04:47:17.032+07:00Lagu dan PerjalananSalah satu teman perjalanan saya adalah earphone dengan media pemutar musik seperti ipod atau smarphone. Mendengarkan musik memang terbukti membuat lamanya perjalanan tidak terasa. Bahkan saya pernah kelewatan stasiun karena asyik mendengarkan musik. Lebih dari itu, musik memberi pengaruh pada mood, perasaan, pikiran bahkan kesehatan kita.<br />
<div>
<br />
Saking seringnya mendengarkan musik saat dalam perjalanan, saya punya lagu tertentu dalam suatu perjalanan tertentu. Lagu itu mengingatkan kembali perjalanan yang saya lalui. Seperti ada lagu saat saya sedang berdesakan di KRL Tanah Abang-Jurangmangu atau dalam bis DAMRI dari Lebak Bulus menuju bandara Soekarno Hatta. Maka saat mendengarkan lagu-lagu tersebut, rasa itu datang lagi: berdesakan sumpek atau <i>excited</i> ke bandara.<br />
<br />
Lagu ternyata bisa menjadi penanda suatu pengalaman perjalanan. Maka saat perjalanan liburan tahun baru yang lalu pun akan selalu terekam dalam sebuah memori lagu.</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-51881365685405601572019-01-26T09:00:00.000+07:002019-02-09T20:08:38.751+07:00Tak Ada Kernet Bus di Jepang<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj0_ysKR7qRY0AAx2aKVgnUZqQLvpuA3P30Hqe-88R7txjump1eKFIcw2KnToNe9JTspehEA9c1tu_7oydU6dMdiDiaJz6M5LodoD5puCNfr3Y1Ns4YnDKelF2hyphenhyphenV617ZaBOlOTW4vPUQ/s1600/IMG_1309.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhj0_ysKR7qRY0AAx2aKVgnUZqQLvpuA3P30Hqe-88R7txjump1eKFIcw2KnToNe9JTspehEA9c1tu_7oydU6dMdiDiaJz6M5LodoD5puCNfr3Y1Ns4YnDKelF2hyphenhyphenV617ZaBOlOTW4vPUQ/s400/IMG_1309.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">bus yang saya tumpangi</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Selama melakukan perjalanan liburan musim dingin awal tahun kemarin, saya menggunakan bus sebagai alat transportasi saya ke luar kota. Sementara saat di Jakarta saya sangat jarang menggunakan bus luar kota, saya "terpaksa" memilih menggunakan bus saat di Jepang karena biaya yang relatif murah dibanding alat transportasi lain seperti pesawat dan kereta cepat / kereta luar kota. Melalukan perjalanan dari Tokyo, sisi timur Jepang ke Takayama, sisi barat Jepang selama 5 1/2 jam tidak terasa lama karena nyamannya bus dan lancarnya perjalanan. Meski tarifnya relatif murah, bus luar kota di Jepang rata-rata mempunyai bangku yang nyaman dengan ruang kaki yang cukup lega. Bangku 2-2 umumnya digunakan pada tarif paling murah. Ada pula pilihan bangku 1-1 atau 1-2 dengan ruang kaki yang sangat lega untuk tarif premium.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadwal atau jumlah bus luar kota dalam satu trayek dalam satu hari cukup banyak, dengan keberangkatan paling pagi jam 07.00 hingga malam hari pukul 20.00, bahkan ada <i>overnight</i> bus pada musim tertentu (musim panas). Setiap calon penumpang diharuskan membeli tiket sebelum menaiki bus. Tiket bisa dibeli melalui berbagai cara: <i>online</i> lewat <i>website</i>, mesin otomatis tiket yang tersedia di terminal bus, ataupun di loket penjualan tiket. Tidak seperti di Indonesia, calon penumpang bisa membeli tiket di dalam bus ataupun di calo-calo tiket yang berkeliaran di terminal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mendapatkan tiket dengan nomor kursi, calon penumpang bersiap di ruang tunggu dan mencari gate keberangkatan. Saat akan naik ke dalam bus, tiket akan diperiksa oleh sang pengemudi bus. Tas berukuran besar dimasukan ke dalam bagasi dekat mesin bus. Hanya ada satu orang yang membantu penumpang memasukan bagasi. Ketika seluruh calon penumpang sudah lengkap menaiki bus, bus segera diberangkatkan tepat pada jam yang tertera di tiket.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sang pengemudi bus hanya seorang diri bersama para penumpang. Bus akan berhenti di beberapa <i>rest area</i> untuk memberi kesempatan penumpang ke toilet atau sekedar membeli makan/minum. Dan hanya sang pengemudi yang memastikan para penumpangnya sudah kembali dengan lengkap. Dalam perjalanan hampir tak ada macet, hanya di beberapa titik keluar pintu tol, maka tak perlu ada pula seorang lain yang mengarahkan jalannya bus. Hanya ada radio jarak jauh yang mengabarkan kondisi lalu lintas jalanan. Saat tiba di tempat tujuan, sang pengemudi bus segera turun dan mengucapkan salam perpisahan di depan pintu keluar bus kepada semua penumpangnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengalaman yang menyenangkan bagi saya bisa menaiki bus jarak jauh di Jepang. Selain nyaman dan aman, saya begitu terpukau pada dedikasi sang pengemudi pada profesinya. Saat para penumpang tertib, system pertiketan yang berjalan baik serta situasi lalu lintas yang mendukung, sang pengemudi tak butuh lagi kernet sebagai pendamping perjalanan. Ah andai di Indonesia bisa begini.</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-15887169707841190652019-01-12T14:38:00.000+07:002019-01-17T14:39:09.511+07:00Salju: Sebuah KemewahanMeski musim dingin, di Yokohama tempat saya tinggal tidak turun salju. Demikian juga Tokyo, yang letaknya tak jauh dari Yokohama juga tidak turun salju. Hanya pada waktu yang sangat jarang bisa turun salju. Salju di Jepang banyak dijumpai di daerah utara hingga barat. Maka saat libur akhir tahun dan tahun baru tiba, saya berniat berburu salju. Bukan ke arah utara atau sejauh Hokkaido, saya pergi ke arah barat, hampir tepat di tengan kepulauan Jepang.<br />
<br />
Terletak di antara pegunungan yang jauh dari pusat keramaian, desa Shirakawa-go ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO karena keberadaannya yang masih asali. Rumah-rumah di desa Shirakawa-go dibuat dari bahan kayu dan atapnya disusun dari jerami. Rumah-rumah itu dikenal dengan nama Gassho-zukuri. Gassho-zukuri diambil dari gambaran atap rumah itu yang nampak seperti kedua lengan saat berdoa. Atap rumah dari jerami tadi dibuat dengan kemiringan yang cukup tajam untuk memudahkan salju cepat turun dan tidak menumpuk di atap. Struktur dan bentuk rumah-rumah itu memang sesuai dengan keadaan alam yang mengapit desa Shirakawa-go.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfQSMXMtcIx_YAzrirPYnvyJwjxOIfxMl2QGm_L8APrfUOCMaj6OLoaHoao9b4Ol5F-I8pA3kA0Y7Rduxn2esztie12rfFOrKY_9MFRUnaR-9JllY-Dgps6B5iQ1xauK9nKvjs1ILmefU/s1600/DSCF5080-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="957" data-original-width="1600" height="380" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfQSMXMtcIx_YAzrirPYnvyJwjxOIfxMl2QGm_L8APrfUOCMaj6OLoaHoao9b4Ol5F-I8pA3kA0Y7Rduxn2esztie12rfFOrKY_9MFRUnaR-9JllY-Dgps6B5iQ1xauK9nKvjs1ILmefU/s640/DSCF5080-2.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Shirakawa-go dari Ogimachi <i>Observation Deck</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Maka saat musim dingin dan hujan salju, adalah saat-saat tepat untuk menikmati keindahan desa Shirakawa-go. Salju setebal 1-2 meter bisa menutupi halaman atau persawahan sekitar desa. Demikian juga rumah gassho-zukuri sebagian besar diselimuti salju. Hamparan putih menjadi suguhan sejauh mata memandang. Rumah-rumah asali atau yang sudah dibangun sejak dahulu kala masih dirawat dengan baik dan dibuka untuk pengunjung.<br />
<br />
Sebagai anak tropis, salju adalah sebuah kemewahan bagi saya. Rasa dingin tertutup oleh rasa kagum atas indah dan lembutnya salju. Lebih-lebih saya juga ikut merasakan guyuran hujan salju. Luar biasa. Perjalanan jauh saya dari Yokohama terbayar dengan indahnya desa Shirakawa-go.<br />
<br />
2019nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-3883130997417457452018-12-25T17:00:00.000+07:002018-12-26T03:43:13.573+07:00Natal<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxy24q-TGTIC9EmDyAFyBZ3k6vOxmg3z4-eqOBynNUQSjB9yYFuG6WyBgCU-VGbaDlLffFS_eEbdktivWtSKTuvAjQ-EkIg4pAM3N2mskPnOhcqzjtczV0yLow9dZGfKjY3FEM2X2F1b8/s1600/DSCF4363.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="991" data-original-width="1600" height="395" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxy24q-TGTIC9EmDyAFyBZ3k6vOxmg3z4-eqOBynNUQSjB9yYFuG6WyBgCU-VGbaDlLffFS_eEbdktivWtSKTuvAjQ-EkIg4pAM3N2mskPnOhcqzjtczV0yLow9dZGfKjY3FEM2X2F1b8/s640/DSCF4363.jpg" width="640" /></a></div>
Tidak seperti di kebanyakan negara lain, Hari Natal di Jepang bukanlah hari libur nasional. Maka di hari penuh sukacita ini, saya tetap berangkat ke kantor dan menyiapkan bekal makan siang. Seperti hari-hari biasa bulan Desember yang dingin, orang-orang bergegas naik kereta dan berjalan meuju tempat tujuannya masing-masing. Bukankah Tuhan memang hadir dari hal-hal yang tampak biasa saja?<div>
<br /></div>
<div>
Selamat Natal. Bersukacitalah!</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-1427961839549910432018-12-16T18:51:00.001+07:002018-12-16T18:51:48.518+07:00Desember di Jepang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_xSnwqu9rVWZJIussSLcn-b_BVYAO8v3Tal7AZzcdKXLxWYntUCCRtSQ_JTxkbBwkzPqMXSakwaMFOdgeFS9DbLV0u2_QYx1_OSF-f97r4xiLxYwgbA7XbJi7s5StflnhaXwI4adl_L0/s1600/DSCF3852.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1033" data-original-width="1600" height="257" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_xSnwqu9rVWZJIussSLcn-b_BVYAO8v3Tal7AZzcdKXLxWYntUCCRtSQ_JTxkbBwkzPqMXSakwaMFOdgeFS9DbLV0u2_QYx1_OSF-f97r4xiLxYwgbA7XbJi7s5StflnhaXwI4adl_L0/s400/DSCF3852.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti hari-hari biasanya di bulan Desember di Jepang, <i>temperature</i> udara di Yokohama, kota pinggiran Tokyo ini mencapai 5 derajat Celcius. Meski demikian tidak melambatkan orang-orang yang bergegas di stasiun. Kereta pun datang dan pergi tepat pada waktunya. Sejak dua minggu mengikuti ritme naik kereta dan berjalan ala orang lokal, saya menemukan banyak hal sederhana tapi mengagumkan. Kebanyakan orang mengunakan kereta pada jam yang sama setiap harinya. Demikian juga saya karena saya sering menemukan orang yang sama saat berkereta. Semoga saja saya tak melakukan kebiasaan ini otomatis melainkan dengan penuh kesadaran. Maka saya menyibukan diri dengan mengamati sekitar untuk menemukan sesuatu yang menarik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski udara dingin, gaya berpakaian orang-orang Jepang sangat menarik. anak-anak sekolah tetap menggunakan rok mini atau celana dengan kaos kaki sepanjang lutut. Persis seperti film anime yang sering saya jumpai di komik maupun televisi. Sedangkan orang-orang kantoran tetap bergaya modis dengan coat musim dingin. Ah rasanya saya tak pernah bosan mengamati gaya mereka berbusana sepanjang perjalanan saya dari apartemen ke tempat kerja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFsi5apSUz6iSqFOyydpkDOSQ1PMxdMGTvWjNPybaOfvNLnp4BMlVOZk5SP8bFa7m5vhaAPKtsqNY25v3i9vg9qi7jrF0gqQz-LOBSKInkrNh5ZDMTSWlzVzaRCLEJbWKrlBN2_nZ2kd0/s1600/IMG_1102.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="965" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFsi5apSUz6iSqFOyydpkDOSQ1PMxdMGTvWjNPybaOfvNLnp4BMlVOZk5SP8bFa7m5vhaAPKtsqNY25v3i9vg9qi7jrF0gqQz-LOBSKInkrNh5ZDMTSWlzVzaRCLEJbWKrlBN2_nZ2kd0/s400/IMG_1102.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain musim dingin, bulan Desember identik dengan Natal. Di Jepang, di Yokohama tempat saya tinggal dan bekerja banyak dijumpai dekorasi Natal. Pusat perbelanjaan seperti <i>mall, shopping street, restaurant</i> dihias dengan ornament Natal yang menarik. Iklan-iklan pun ditampilkan dengan suasana Natal. Bahkan juga ada diskon-diskon tertentu untuk menyambut Natal. Meski Jepang bukan negara yang banyak penganut Kristen ataupun Katolik, Natal dirayakan sebagi festival yang meriah. Saya pun ikut menikmati keceriaan yang dihadirkan dalam perayaan menyambut Natal ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menjadi perantau di Jepang ternyata tak semudah dan seindah yang saya bayangkan. Saya harus tahan pada cuaca (sangat) dingin, tahan bekerja lebih keras dan sampai apartemen pun masih harus menyiapkan bekal makan esok hari sekaligus beberes berbahai macam hal. Meski demikian saya mengalami banyak hal-hal menarik yang tak pernah saya bayangkan saya bisa melakukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salam hangat di hari yang dingin bulan Desember dari Jepang.</div>
<div>
<br /></div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-49461733949059790352018-10-14T19:41:00.000+07:002018-10-23T13:59:34.766+07:00Perjalanan Rasa Aruna<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirrxIo7to4qljKzipkT1e68c0QUohZY9UUCS9qlXxQ19LuhUuE6SmgRICG2lbZiJ51BFBJCX9SOXl6R7QTf40UH-X2EkQTQlwITjvPEA4moMzoinHk6itK1t1diMWXObW4sXhrRZxMPAY/s1600/DSCF2964-2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1081" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirrxIo7to4qljKzipkT1e68c0QUohZY9UUCS9qlXxQ19LuhUuE6SmgRICG2lbZiJ51BFBJCX9SOXl6R7QTf40UH-X2EkQTQlwITjvPEA4moMzoinHk6itK1t1diMWXObW4sXhrRZxMPAY/s400/DSCF2964-2.jpg" width="270" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Novel Aruna dan Lidahnya dengan Cover Film</td></tr>
</tbody></table>
"Rasanya menghibur." Begitulah respon Bono sesaat setelah memasukkan sesendok campor lorjuk ke mulutnya. Campor lorjuk adalah makanan khas Madura berbahan utama lorjuk, sejenis kerang laut yang banyak ditemukan di tepi pantai pesisir Madura. Campor lorjuk terdiri dari irisan lontong, kecambah, mie soun dan remahan peyek, taburan lorjuk dan bawang goreng di atasnya, lalu disiram kuah kaldu lorjuk. Bono meyakinkan teman-temannya: Aruna, Nad dan Farish, bahwa seharusnya makanan ini ada di restoran-restoran yang banyak didatangi oleh orang-orang (kota) yang sedih. Berbeda respon dengan Bono, Aruna malah menganggap masakan itu biasa aja hanya karena ia baru saja di-<i>jutek-</i>in kepala puskesmas setempat. Itu adalah salah satu kisah perjalanan kuliner yang dilalui Aruna, Bono, Nad dan Farish di Madura.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aruna, diperankan oleh Dian sastrowardoyo, ahli wabah yang bekerja di oraganisasi non-pemerintah, menemukan kehidupan lewat makanan. Ia melewati rasa pahit, asam, manisnya hidup bersama makanan. Tapi akhir-akhir ini, ada yang salah dengan lidahnya. Indera perasanya itu tak lagi mampu menikmati makanan dengan santai dan gembira. Maka saat ia mendapat tugas melakukan investigasi atas dugaan wabah flu burung di Surabaya, Pamekasan, Pontianak, dan Singkawang, Bono, sahabatnya menyarankan untuk sekalian berwisata kuliner bersama, mencicipi kuliner nusantara di keempat kota tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bono, diperankan oleh Nicholas Saputra, chef di restoran ternama di Jakarta, sahabat Aruna yang setia mendengar perjalanan rasa Aruna dan sesekali membuatkan masakan untuknya. Sejak tahu bahwa sahabatnya tak seasyik dulu dalam menikmati makanan, maka ia bersedia menemani Aruna kulineran. Sementara Nadezhda, diperankan oleh Hannah Al-Rasyid, adalah seorang penulis spesialis perjalanan dan makanan, sahabat Aruna yang ditaksir Bono, berpikiran terbuka soal kehidupan, karena seperti makanan, hidup selalu punya banyak rasa dan memberi banyak kejutan rasa. Datang jauh-jauh dari Amsterdam untuk ikut berwisata kuliner dengan sahabat-sahabatnya. Farish, diperankan oleh Oka Antara, dokter hewan, mantan rekan sekantor Aruna yang sempat ia taksir bahkan sampai saat ini. Tak disangka Farish pun ikut ditugaskan untuk investigasi bersama Aruna. Seorang pragmatis dalam menjalani kehidupan, baginya hanya ada hitam dan putih, enak dan tidak enak dalam makanan. Dalam perjalanan keempatnya tak hanya menikmati kuliner lokal, melainkan juga bersinggungan dengan kehidupan persahabatan dan cinta mereka, sekaligus realita sosial, agama, sains, konsiprasi, dan korupsi menjadi bumbu-bumbunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Aruna dan Lidahnya adalah film adaptasi lepas dari novel Laksmi Pamuntjak yang berjudul sama. Saya tak sedang membandingkan film dengan novelnya. Biarlah sang penulis skenario dan sang sutradara bebas mengeksplorasi cerita dan kisah dari novel tersebut. Film ini begitu <i>relate </i>dengan kaum urban di rentang usia 30-35 tahun yang kebanyakan mereka meniti karier tanpa lupa menikmati hidup lewat kesenangannya, makanan. Bukan apatis pada realita sosial yang ada, tapi mereka tetap logis dan peduli dalam menghadapinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Surabaya, Pamekasan, Pontianak dan Singkawang adalah kota-kota yang kaya akan kuliner lokalnya. Hal itu dipadu dengan teknik pengambilan gambar yang cemerlang dan dialog keseharian yang menarik menjadikan film ini begitu indah untuk dinikmati. Pengambilan gambar/<i>scene</i> dikerjakan dengan sangat detail dan rapi. Kita bisa dengan jelas mendengar suara "kres" dalam mulut Aruna saat mengunyah udah bakar buatan Bono atau suara <i>sruput</i> bibir Aruna saat memasukkan kuah rawon ke dalam mulutnya. Kita juga bisa melihat gerak mulut Aruna mengunyah daging kepiting dari bakmi kepiting pontianak ataupun kulit choi pan yang kenyal. Beragam ekspresi Aruna lewat lirikan mata dan gerakan tubuh diungkapkan secara langsung kepada penonton, sehingga kita pun ikut mengangguk dan tersenyum. Bukan cuma itu, gambar visual saat daging sop buntut yang dilepaskan dari tulangnya, koya dan bawang goreng yang ditaburkan di atas soto ayam lamongan atau kuah campur lorjuk yang dituangkan di atas taburan lorjuk disajikan dengan sangat detail lengkap dengan asap dari panas makanannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kita tak hanya diajak menikmati sajian kuliner lokal, melainkan juga perjalanan persahabatan dan cinta mereka berempat. Tak ada konflik besar yang rumit, hanya konflik dengan diri mereka sendiri dan antar keempatnya. Justru lewat dialog antar keempatnya itulah yang berhasil menghadirkan berbagai rasa. Dalam perjalanan itu, makan bersama dan makananlah yang mempertemukan dan menyatukan mereka. Meski keempatnya punya latar belakang dan ketertarikan yang berbeda, bahkan prinsip serta cara pandang berbeda, mereka percaya bahwa makanan adalah sesuatu yang universal, bisa diterima oleh siapapun, dengan interpretasi apapun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka film Aruna dan Lidahnya adalah sajian lengkap yang sungguh sangat enak untuk dinikmati, terlebih bersama orang tersayang. Dan biarlah indera perasa kita yang menemukan kejutan pada tiap sajiannya. Seperti kata Nadezhda, tidak semua makanan harus dibahas tetapi biarlah makanan itu yang memberi rasa pada lidah dan makna pada jiwa.</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-22262245810935581322018-09-16T01:30:00.000+07:002018-09-17T08:48:47.739+07:00Olah Raga<div style="text-align: justify;">
Pagi tadi saat saya berlari-lari di taman dekat tempat tinggal saya, saya menjumpai seorang bapak juga berlari. Tak ada yang aneh sebenarnya, pagi di akhir pekan menjadi waktu bagi sebagian warga Jakarta berolah raga, seperti kali ini: lari. Demikian juga banyak diantaranya para orang tua berlari atau sekedar berjalan memutari taman. Bagi saya, bapak ini istimewa karena menarik perhatian saya. Sebenarnya sudah beberapa kali saya sempat menjumpainya berlari beberapa hari lalu. Penampilannya sederhana: sepatu karet, topi, kaos oblong seadanya, jauh dari tampilan khas warga Jakarta yang eksis berolah raga: sepatu lari bermerek dan kaos <i>dry fit</i>. Meski demikian, si bapak berlari dengan baik: stabil tanpa diselingi jalan, bahkan ia mampu memutari taman lebih banyak dari saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada putaran terakhir, si bapak mendekati dan bercerita bahwa ia berolah raga karena ia banyak merokok dan minum kopi. Maka ia mengimbanginya dengan berlari. Ia bercerita lagi bahwa hampir setiap hari berolah raga sebelum berangkat bekerja bersama gerobak makanannya. WOW! </div>
<div style="text-align: justify;">
Saya hanya mampu membalas dengan kekaguman semangatnya berolah raga di tengah kesederhanaan hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata selama ini saya salah, saya sering sekali beralasan tak punya model sepatu lari terbaru atau kaos dan celana olah raga yang <i>fancy </i>sehingga jarang berolah raga atau hanya berolah raga sekedarnya. Tapi semangat untuk sehat jiwa dan raga adalah motivasi paling besar untuk rajin berolah raga. Olah raga, lari, adalah milik semua orang, tak memandang perlengkapan olah raga yang dikenakannya, tapi terutama milik orang-orang yang mau sehat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi sudah olah raga hari ini?</div>
<br />nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-83537698901055438522018-09-09T02:30:00.000+07:002018-09-10T14:11:54.715+07:00Kita Tidak Pernah Benar-Benar Mengenal<div style="text-align: justify;">
Sang Ayah, David Kim (diperankan John Cho) mencari jejak Margot (diperankan Michelle La), anaknya, yang telah hilang selama 37 jam lewat laptop pribadi Sang Anak. Dari laptop itu, Sang Ayah berhasil membobol akun-akun media sosial Sang Anak. Di sanalah, ia menyadari bahwa ia tidak benar-benar mengenal anaknya. Pertemanan, kesukaan, kegiatan sekolah dan luar sekolah yang ia tau selama ini baik-baik saja, namun tidak demikian. Di dunia digital, Sang Anak bisa dengan mudah mempunyai banyak teman, tapi hanya sedikit yang benar-benar dekat dengannya. Di sana pula, ia bisa mengekspresikan dirinya sesuai yang diinginkan. (Untungnya) Sang Ayah tidak gagap teknologi, sehingga ia bisa menelusuri jejak Sang Anak lewat bantuan mesin pencari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski banyak <i>scene </i>layar monitor dan adegan mengetik, film Searching ini menarik karena mengangkat tema yang aktual dan dekat dengan keseharian. Laptop dan <i>smartphone </i>adalah teman akrab kita. Teknologi memberi ruang baru bagi kehidupan kita. Dunia digital menjadi pelarian dari dunia nyata yang jauh dari harapan kita. Kita bisa mencipta sendiri dunia yang kita inginkan, meski nampaknya jauh dari kenyataan. Itulah yang sering kita temui bahwa seseorang bisa menunjukan hal yang berbeda antara kenyataan dan yang tampak di sosial media.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kita tidak pernah bisa mengenal seseorang hanya dengan berinteraksi di dunia nyata saja ataupun dunia digital saja. Di sana, setiap orang bebas mengesankan dirinya pada setiap orang yang dikenal atau dijumpainya. Demikian juga bila seseorang itu adalah keluarga atau orang terdekat kita. Bisa jadi kita tidak benar-benar mengenal dengan baik anggota keluarga ataupun orang terdekat kita. Hanya dengan berinteraksi terus-menerus di kehidupan nyata, perlahan kita bisa mengenal dan memahami karakter dan kehidupannya. Tapi apa hanya karena tidak mengenal dengan baik, cinta kita kepada mereka berkurang?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yah tidak apa-apa kita tidak benar-benar mengenal. Agak membingungkan memang, sementara pepatah mengatakan 'tak kenal maka tak sayang'. Dan jangan takut hanya karena ada banyak yang tidak kita ketahui tentang orang terdekat kita. Kita tetap bisa mencintai orang lain yang bahkan tidak kita ketahui namanya. Apalagi orang terdekat kita. Karena dengan cinta, kita mampu mengenal lebih jauh dan dalam. Bahkan ketika kita tahu bahwa kesukaannya tidak sama dengan kita, pilihannya berbeda dengan kita, kita tetap mencintainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2018</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-69006978117586476962018-08-07T20:22:00.000+07:002018-09-07T14:29:53.803+07:00Indonesia Tersenyum Bersama Mice Cartoon<div style="text-align: justify;">
Benny-Mice, kolaborasi kartun Muhammad "Mice" Misrad bersama Benny Rachmadi berhasil mewarnai hari-hari minggu saya dengan senyuman. Hingga kini sendiri dengan nama Mice Cartoon, tak pernah sekalipun saya melewatkan kartun pendek Mice di halaman koran Kompas Minggu. Mice mengangkat tema keseharian manusia Indonesia ke dalam kartun buatannya. Aktual dan beragam, mulai soal gawai, piala dunia, selfie, macet, banjir, hingga seputar dunia politik. Tak mengherankan jika kartun-kartun karyanya adalah gambaran "Indonesia banget". Bukan hanya menghibur tapi lewat sindiran halus Mice membuat pembacanya berpikir ulang akan kesehariannya selama ini.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lagak Jakarta, 100 Tokoh Yang Mewarnai Jakarta, Jakarta Luar Dalam, Jakarta Atas Bawah, Lost in Bali 1 & 2, Tiga Manula Jalan-Jalan ke Singapura adalah karya-karyanya yang dibukukan bersama Benny Rachmadi. Hingga ini berkaya sendiri, Mice masih aktif melahirkan buku-buku kartun karyanya: Obladi Oblada Life Must Go On, Andai Aku Jadi Gubernur Jakarta, Politik Santun Dalam Kartun, Indonesia Banget 1 & 2, dan kini United Colors of Indonesia 1 & 2 lahir bersamaan peringatan 20 tahun ia berkarya. Selain itu, pameran tunggal karya-karyanya digelar di Galeri Nasional sejak bulan lalu. Mice mengajak pengunjung pameran untuk tersenyum bersama. Sepintas, kartun dipandang hanya sebatas hiburan remeh ala anak-anak. Tapi Mice menunjukan bahwa kartun adalah media untuk menyampaikan pesan, kegelisahan sekaligus kegembiraan dari kesehariannya hidup di Indonesia.</div>
<div style="color: #454545; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijijtnDiuKia59NYGWvujP8d5pRPbL5cPDK-52mfxYpiPtnwlw3JIujtoPGwpQLBWuzUc40YP0OGLpUE6B_OzgWuS2nzVG8dLzbM5Z_TeHEOYNgPOUHioS3dPdeFTvHXCe1OokIv3nY14/s1600/DSCF1716.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijijtnDiuKia59NYGWvujP8d5pRPbL5cPDK-52mfxYpiPtnwlw3JIujtoPGwpQLBWuzUc40YP0OGLpUE6B_OzgWuS2nzVG8dLzbM5Z_TeHEOYNgPOUHioS3dPdeFTvHXCe1OokIv3nY14/s640/DSCF1716.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUdcw8P5P5HB0nKWxHFqyjxeCMnl4qL8ae6kPqCvGmFCUGO3I3d434iqiJuQ1Pqez-kR4yV0pUss1CTZiGr7xwNiRc-NcI7oCBneOZynsQ4v2XkDyjyLA3AaR1t-Rwp-w1E6e31rDpHak/s1600/DSCF1770.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="987" data-original-width="1600" height="393" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUdcw8P5P5HB0nKWxHFqyjxeCMnl4qL8ae6kPqCvGmFCUGO3I3d434iqiJuQ1Pqez-kR4yV0pUss1CTZiGr7xwNiRc-NcI7oCBneOZynsQ4v2XkDyjyLA3AaR1t-Rwp-w1E6e31rDpHak/s640/DSCF1770.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kartun-kartun Mice menjadi representasi Indonesia yang multikultural yang terus bertumbuh menemukan bentuknya di antara harapan dan keputusasaan. Sementara kita akan terus tersenyum bersama kartun-kartun Mice merayakan kehidupan. </div>
<div>
<br /></div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-74746719917405173342018-06-04T05:27:00.000+07:002018-06-25T11:49:58.538+07:00ARTJOG 2018: Perjalanan Mencari Pencerahan<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX_Ek7ulSG2OqrgpJURgr4jXUSdKk20uywMl56VeZgzPUs8XZ6xCbm3U17l-DNCTQVnN8X9e1tz-yYSW0sWO4Uogn17pgVxUMUEdXFs-ZObRHlP24vvu9fgJyE3iSEsnaQ1nvLzDTBD9E/s1600/DSCF9033.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1064" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhX_Ek7ulSG2OqrgpJURgr4jXUSdKk20uywMl56VeZgzPUs8XZ6xCbm3U17l-DNCTQVnN8X9e1tz-yYSW0sWO4Uogn17pgVxUMUEdXFs-ZObRHlP24vvu9fgJyE3iSEsnaQ1nvLzDTBD9E/s400/DSCF9033.jpg" width="265" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sea remembers - Mulyana Mogus</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Pencerahan bagi tiap-tiap orang mempunyai makna yang berbeda. Demikian pula bagi puluhan seniman yang kali ini menggelar karyanya di ARTJOG, pameran seni kontemporer tahunan di Jogjakarta. ARTJOG 2018 kali ini mengambil tema <i>Enlightenment: Towards Various Futures</i>. Ratusan karya dari proses memaknai pencerahan dipamerkan di <i>Jogja National Museum</i> sejak awal Mei lalu hingga awal Juni nanti. Jogjakarta menjadi salah satu kota tersubur kedua setelah Jakarta bagi tumbuhnya seniman. Maka tak heran di ARTJOG menjadi ajang yang menarik bagi penggiat dan penikmat seni nusantara. Tak hanya banyak seniman Jogja, tapi juga Jakarta bahkan luar negeri ikut memamerkan karyanya di ARTJOG.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jogja menjadi kota sederhana yang mencerahkan bagi sebagian orang, termasuk saya. Sejak orang tua saya memutuskan tinggal di Jogja, ritual pulang kampung pun menjadi sering. Termasuk menyempatkan diri ke melihat pameran seni di ARTJOG kali ini. Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan, sampailah saya bersama seorang teman di Jogja National Museum. Melihat dan menikmati karya seni adalah bentuk rekreasi bagi saya kaum urban perkotaan yang setiap harinya tenggelam pada kesibukan bekerja. Saya selalu berdecak kagum bagaimana proses mencari dan menemukan bentuk karya yang bisa mempunyai makna sekaligus indah untuk dinikmati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti para seniman yang berproses dan menghasilkan karya, hidup pun demikian. Setiap waktu kita mencari pencerahan atas peristiwa hidup yang kita alami. Perjalanan mencari pencerahan pun tidak selalu mudah. Kita harus peka dan terbuka kepada segala kemungkinan yang ada. Kadang pencerahan pun muncul bukan dari hal yang muluk-muluk, melainkan dari hal kecil dan sederhana. Dengan mengunjungi ARTJOG 2018 ini, saya menyadari, kita hanya setitik kecil dari sebuah karya agung semesta dan bersama yang lain kita bisa mewujudkan percerahan itu dalam kehidupan bersemesta.
</div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4653160680686855078.post-72530523781102213812018-03-08T13:15:00.001+07:002018-03-08T20:53:03.812+07:00Perempuan (di) Borobudur: Adalah Kita<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwwEngkRz-fOzQ3eDCaJtxyE8j3PUe4mVdwuBJb3eyhKrc-4B8E3CnkZcPjzD00Jq2btIw1tA1V32dW0_gO5Vifh4dO3gnVghmXvf8i1MM9zEOn6RfG0De7x3JbRg6t5VwZI-BfypnTew/s1600/DSCF7629.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwwEngkRz-fOzQ3eDCaJtxyE8j3PUe4mVdwuBJb3eyhKrc-4B8E3CnkZcPjzD00Jq2btIw1tA1V32dW0_gO5Vifh4dO3gnVghmXvf8i1MM9zEOn6RfG0De7x3JbRg6t5VwZI-BfypnTew/s400/DSCF7629.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">(T)Angan-(T)Angan</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge-SUxbeChJKNWfepy9XEJzodTa-yAgB-gdPE-mDtY7XY6YP0tZXsrjGIDcPPBWcg6jRTrqG1UXGHc4vqu0vP1c2CUJsZWjpSzTmxRwWYljJPWyVCXWY2nFWpMMtDAzHjfCCN2tLAkTN0/s1600/DSCF7608.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge-SUxbeChJKNWfepy9XEJzodTa-yAgB-gdPE-mDtY7XY6YP0tZXsrjGIDcPPBWcg6jRTrqG1UXGHc4vqu0vP1c2CUJsZWjpSzTmxRwWYljJPWyVCXWY2nFWpMMtDAzHjfCCN2tLAkTN0/s400/DSCF7608.JPG" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4jzgVDOdYP_NdgOLhqemXrIAoG3FTw_IojE2Fw32BMYYOKOWiydpvKAl_MqEmCKWOEJDCCeTvc8fq91paauTfUBVgKL_ci_ItHj_L0gpV1XalYh1m484FwIXyuCkyhngzXAa6lswevOc/s1600/DSCF7596.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4jzgVDOdYP_NdgOLhqemXrIAoG3FTw_IojE2Fw32BMYYOKOWiydpvKAl_MqEmCKWOEJDCCeTvc8fq91paauTfUBVgKL_ci_ItHj_L0gpV1XalYh1m484FwIXyuCkyhngzXAa6lswevOc/s400/DSCF7596.JPG" width="400" /></a></div>
<div>
<br /></div>
Ia yang setia pada peran<br />
<div>
Ia yang tabah pada derita</div>
<div>
Ia yang terbungkam pada keadaan</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ia yang kuat pada pegangan</div>
<div>
ia yang bahagia pada kesederhanaan</div>
<div>
Ia yang asih pada semesta</div>
<div>
Ia yang mulia pada akhirnya<br />
<br />
<br />
PS: Foto-foto pameran Perempuan (di) Borobudur oleh perupa Dyan Anggraini di Galeri Nasional, Jakarta.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
nikenhttp://www.blogger.com/profile/08746484178540842891noreply@blogger.com0